Senin, 12 Desember 2016

Yang Berkesadaran, yang Layak Memimpin




Orang-orang Jawa tradisional-ortodoks biasanya punya keyakinan hanya orang Jawa saja yang bisa dan layak memimpin Nusantara. Sekilas pandangan ini tidak masuk akal, kolot, feodal, rasis, etnosentris tapi kalau kita kaji lebih jauh, sebenarnya tidak salah sepenuhnya, hanya sering salah dimaknai-ditafsirkan baik oleh orang Jawa tradisional sendiri maupun orang "luar".


Bagi mereka yang gemar menonton atau mendengar wayang kulit akan segera paham apa yang dimaksud "Jawa" itu. Itu lebih merupakan gambaran tentang tataran "kesadaran-ma'rifat", bukan nama etnis, bukan pula nama tempat. Yang dimaksud orang "tanah Jawa" adalah orang yang memiliki keteraturan, peradaban dan tata krama yang tinggi, mampu mengendalikan ego-watak angkaranya. Sebaliknya, orang "tanah sabrang" atau non Jawa adalah orang-orang liar yang masih memiliki watak buto-raksasa, kuat tapi bodoh, gemar mengumbar angkara, hidup semaunya sendiri, senang ribut, gemar makan orang, tidak punya tata krama.


Jadi, sekalipun etnisnya Jawa dan atau tinggal di pulau Jawa tapi kalau wataknya adalah watak "wong sabrang", buto atau raksasa yang egois, liar, semaunya sendiri, senang ribut, gemar "makan" sesamanya, tidak punya tata krama seperti halnya cukup banyak terjadi pada orang Jawa sekarang, ya jelas, secara esensi dia bukan orang Jawa, dia tidak bisa dan tidak layak memimpin Nusantara, sebaliknya, orang dari manapun kalau sudah berkesadaran "Jawa" dia tetap terhitung sebagai orang Jawa, bisa dan layak memimpin Nusantara...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar