Senin, 19 Desember 2016

Kadal Cawang




Di kalangan orang Jawa tradisional, "pring petuk" (bambu yang memiliki mata tunas saling berhadapan) dan "kadal cawang" (kadal yang memiliki ekor bercabang) dianggap bertuah, dihargai sangat mahal. Sementara di Afrika, seluruh bagian tubuh orang Albino dianggap memiliki daya yang sama, sering dijadikan jimat yang dipercaya mendatangkan keberuntungan.


Mengapa itu bisa terjadi?. Kuncinya sebenarnya ada di persepsi indra kita. Segala obyek yang dipandang indra kita aneh, tidak biasa, janggal, mengagumkan, memukau, mensyahdukan, menggetarkan hati itu akan melemahkan kesadaran lahiriah kita, membuat kita menjadi hipnotise-able, mudah terhubung dengan alam bawah sadar kita..., membuat obyek itu menjadi "kuil". Dampaknya, membuat apapun yang kita pikirkan, katakan-doakan, harapkan mudah terwujud menjadi kenyataan, direstui-didukung alam bawah sadar kita. Wajar hingga kemudian orang yang memiliki sekaligus percaya tuah-keampuhan pring petuk, kadal cawang atau bagian tubuh orang albino menjadi merasa diberkahi-beruntung hidupnya.
Itulah juga alasan dibalik mengapa tempat-tempat ibadah biasanya dibangun megah-penuh wibawa atau beraura mistis-mensyahdukan-menggetarkan hati, tujuannya sebenarnya sama, membangun efek pelemahan kesadaran lahiriah orang yang ada-berdoa di dalamnya, sama persis dengan efek yang ditimbulkan pring petuk, kadal cawang atau bagian tubuh orang albino.


Menjadikan pring petuk, kadal cawang atau bagian tubuh orang albino sebagai jimat atau "kuil" memang konyol dan primitif, tapi menjadikan orang, pandangan, bahasa, tulisan, budaya masyarakat tertentu sebagai "jimat" atau "kuil" juga tidak kalah konyol dan primitifnya. Sayang sekali, banyak masyarakat kita sekarang, atas nama kesalehan atau pemurnian agama, justru terjerumus melakukan itu semua. Mereka hakikinya masih sama dengan orang-orang bodoh yang mau membeli pring petuk, kadal cawang atau bagian tubuh orang albino dengan harga ratusan juta, hanya saja mereka lebih pandai mengkamuflase itu hingga menjadi lebih dirasakan beradab bahkan suci...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar