Rabu, 07 Desember 2016

Agama Burung Beo




Kalau kita beragama dengan "sadar", disaksikan, didukung, direstui segenap hati-kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita..., kita tidak akan pernah berani untuk berbuat jahat-merugikan orang lain, korupsi, berbohong, memfitnah, menganiaya, tidak adil, serakah dan lain sebagainya..., kita akan senantiasa diberi kekuatan dan keberanian untuk melaksanakan pengetahuan itu secara konsisten dan konsekwen bagaimanapun berat tantangan dan godaannya.


Sayang sekali, kebanyakan orang terutama para pejabat, politisi dan agamawan kita sekarang, cara beragamanya masih sama seperti halnya burung beo "beragama"..., memang sering terlihat sangat fasih dalam bersahadat atau berdoa tapi tidak pernah tahu dan sadar apa maksud dan konsekwensi hakiki dari sahadat dan doanya itu. Burung beo akan tetap hidup hanya mengikuti naluri badaniah-egonya saja, akan tetap mencaplok makanan di depannya tidak peduli halal atau haram, miliknya atau bukan, akan tetap mengawini betina di depannya tanpa malu-malu, akan tetap bertarung dengan sesama beo jika merasa kepentingannya terancam.


Burung beo bagaimanapun fasih sahadat atau doanya itu pasti tidak akan membuatnya menjadi takabur, merasa-mengklaim paling benar atau pintar-berilmu sehingga kemudian menjadi merasa paling berhak menghakimi, memimpin, mengajak atau bahkan memaksa beo lain mengikutinya. Tidak seperti manusia, masih hanya beragama ala burung beo-hanya beragama tubuh-fisik-lahirnya saja sudah merasa-mengklaim menjadi sumber kebenaran, merasa menjadi Nabi bahkan Tuhan, berhak menghakimi, menentukan benar-salah, masuk syurga tidaknya seseorang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar