Selasa, 13 Desember 2016

Hilangkan Prasangka, Jadilah Adil



"Engkau mendapat pengetahuan dari agama yang keliru jika engkau membelakangi realitas" (Guru Sufi Sanai).



Pandangan umum orang Jawa tradisional terhadap orang tanah seberang (non Jawa) yang cenderung negatif itu sebenarnya sangat mirip dengan pandangan umum Islam terhadap orang non Islam, hampir pasti itu timbul akibat realitas-pengalaman-sejarah-konflik yang menyertai hubungan diantara mereka, memiliki sifat yang sangat kontekstual-kasuistik.


Orang Jawa tradisional berpandangan kalau orang non Jawa itu berwatak "buto" atau raksasa, bodoh, buas-kanibal, penuh angkara, kasar, suka ribut, susah diatur (tercermin dari pakem gambaran watak "wong sabrang" pada pertunjukan wayang), mirip dengan pandangan bangsa Eropa terhadap suku-suku pribumi di abad penjelajahan-kolonialisme dulu. Sangat mungkin pandangan orang Jawa itu terbangun di era ekspansi-kontak kerajaan-masyarakat kuno Jawa dengan penduduk luar pulau Jawa yang umumnya-secara kebetulan-kasuistik-kontekstual masih terbelakang dan barbar. Demikian juga pandangan umum Islam terhadap non Islam yang cenderung-dominan buruk, sangat mungkin itu terbangun-timbul-berpangkal dari perilaku orang Quraisy atau non Islam lainnya yang secara kebetulan-kasuistik-kontekstual bodoh dan jahat, suka menindas dan berkhianat.


Kedua pandangan itu (Jawa dan Islam) tidak salah sebenarnya, normal dan wajar saja asal dipahami-ditempatkan sesuai konteks yang benar-sesuai masa-latar belakang sejarahnya. Menjadi salah besar jika hingga hari ini masih ada orang Jawa yang berpandangan orang luar Jawa pasti dan selamanya bodoh, buas-kanibal, penuh angkara, kasar, suka ribut, susah diatur..., sama salahnya dengan orang Islam yang masih berpandangan kalau semua orang non Islam pasti dan selamanya bodoh dan jahat, suka menindas dan berkhianat. Itu jelas adalah pandangan yang mencerminkan kuatnya ego-prasangka menguasai-gagalnya memandang realitas-kebenaran faktual, mencerminkan kalau otak-pikiran seseorang masih tertinggal di masa lalu.


Saya pernah diceritain teman saya yang bekerja di pedalaman Kalimantan Selatan, katanya, duwit tergeletak di jalan saja tidak ada penduduk asli sana yang mau mengambilnya, menyentuhnya saja tidak berani, yang berani mengambil pasti cuman pendatang. Kenyataan yang kurang lebih sama diceritain teman saya yang tinggal di Bangka, orang asli sana itu jujur dan zuhud luar biasa katanya, mencuri atau serakah adalah sesuatu yang sangat tabu. Kenyataan yang mencerminkan, justru sekarang, secara "kesadaran-ma'rifat" banyak yang sudah terbalik, orang seberang-non Jawa banyak yang lebih tinggi tingkat kesadaran-ma'rifatnya dibanding orang Jawa. Kenyataan sama terjadi dengan umat Islam, harus diakui, umat Islam sekarang ini adalah umat yang paling rendah taraf kesadaran-ma'rifatnya, paling egois, bodoh dan jahat, paling penuh prasangka dibanding dengan umat agama lain, terbalik dengan situasi-keadaan pada saat Islam itu datang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar