Kelurusan atau kebenaran tidak bisa kita capai-pahami-peroleh dengan membesar-besarkan wirid, klaim atau afirmasi kalau kita lurus, kita benar, kita beragama, bertuhan, terpelajar, berpegang teguh pada kitab suci agama, atau mengikuti tokoh tertentu yang kita anggap benar. Semua itu hanya akan menumbuhkan PERASAAN, mimpi atau delusi kalau kita lurus, benar, bukan lurus dan benar yang sebenarnya.
Kelurusan atau kebenaran hanya bisa kita capai-pahami-peroleh dengan wirid-afirmasi yang memiliki energi, spirit, "khodam" yang melemahkan ego-hawa nafsu kita seperti wirid kita sabar, kita tawakal, kita tenang, kita bersyukur, kita berprasangka baik, kita zuhud, kita rendah hati, kita hormat dan sebagainya. Sebab hanya saat ego-hawa nafsu kita terkendali, fungsi akal dan hati kita akan menguat, menjadi raja, dampaknya, kita akan menjadi lebih adil, obyektif, jernih dan jelas dalam menilai dan mengukur suatu kebenaran.
Sekarang ironis, ada-ada saja, banyak orang terobsesi dengan kelurusan dan kebenaran tapi wirid yang diucapkan-dilakukan justru wirid yang akan memiliki dampak yang sebaliknya, menyesatkan, memicu delusi akan kelurusan dan kebenaran, memicu egoisme dan angkara murka. Ada orang berwirid katanya agamanya yang pasti benar, NU-nya garis lurus, Islamnya paling sesuai Qur'an dan Sunnah, paling murni, paling kaffah, paling ilmiah dan sebagainya. Apa yang mereka wiridkan bukannya akan mengantarkan mereka pada apa yang mereka obsesikan yaitu kelurusan atau kebenaran, justru sebaliknya, akan menjauhkannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar