Banyak orang relijius sekarang sangat membenci cinta, menganggap itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Mereka berusaha membatasi cintanya hanya untuk orang yang seagama, semazhab atau sekelompok, yang di luar itu harus dibenci, dikerasi dan dimusuhi. Mereka mengira dengan itu diri-kelompoknya akan dirahmati Tuhan, menjadi kuat, membuat orang atau kelompok lain takut dan tunduk.
Harapan yang sia-sia, delusional. Sebab bahkan untuk mengubah atau menundukkan musuh-orang lain, diperlukan cinta. Cinta akan menumbuhkan keterhubungan, empati dan makrifat-pengetahuan termasuk makrifat atas jalan-jalan termudah untuk merubah atau menundukkan orang lain. Tanpa cinta, kita akan buta, tak tahu jalan, tak terbimbing..., berfikir dan berbuat hanya atas dasar taklid dan spekulasi.
Memang, cinta akhirnya akan menyisakan sangat sedikit dari hasrat kita untuk mengubah atau menundukkan orang lain. Kita akan mengerti kalau sebagian besar yang kita kira sebagai hal yang perlu dirubah atau ditundukkan hanyalah "fiksi" belaka. "Penemuan-pengetahuan" yang pasti bertentangan dengan akidah banyak di antara kita (yang beragama NGANU) yang (umumnya) menuntut membenci, memaksa dan menindas. Tapi bagi orang-orang yang mampu berfikir, justru itulah alat pengukur sempurna apakah akidah kita itu benar atau salah, datang dari sang kebenaran atau hanya datang dari prasangka, kebodohan dan ego-hawa nafsu-setan kita saja.
Kebencian pada cinta itu ibarat "mburu uceng kelangan deleg". Mungkin dengan itu dalam jangka pendek ego-ego kita akan terpenuhi..., tapi dalam jangka panjang pasti tidak, kita akan jatuh menjadi makhluk bodoh dan zalim, gagal beradab dan berakal, gagal tahu, gagal terbimbing pada kebenaran, kemuliaan dan kekuatannya.
Cintailah cinta, betul kata Ahmad NGANU..., tapi saya ragu apakah dia tahu maksud hakiki lirik indah lagunya itu... ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar