Banyak orang berfikir, keserakahan (baca: kefanatikan) dalam beragama itu sesuatu yang baik dan dianjurkan padahal sebenarnya tidak, itu justru sumber dari segala sumber kesesatan dan kegelapan. Keserakahan hanya memberi kita energi untuk menghadirkan-mewujudkan apa yang kita serakahi, sayangnya, energi itu tidak gratis, harus ditebus dengan harga yang teramat mahal yaitu menjadi terbatasnya fungsi-daya nalar dan nurani kita. Apalagi jika serakahnya menyangkut agama atau hal-hal tak terjangkau-terukur lainnya, fatal, membuat kita menjadi liar, seliar ego dan imajinasi kita..., membuat kita kehilangan "penglihatan" atas luasnya dunia terutama penglihatan atas apa yang hakikatnya benar-baik..., membuat kita menjadi "berkacamata kuda", hanya mampu melihat "gendruwo", sebatas apa yang sedari awal kita percaya-ingini-obsesikan, tidak lebih dari itu..., bahkan membuat kita gila, mengalami skizofrenia, kehilangan sepenuhnya kesadaran kita.
Agama adalah tempatnya kepasrahan-penyerahan diri..., sebab hanya dengan itu, "kabar-kabar", "penglihatan-penglihatan" tentang jalan lurus akan dibukakan. Kita tidak mungkin bisa pasrah-berserah diri sepenuhnya jika sedari awal sudah punya prasangka-definisi sendiri tentang apa itu kebenaran..., prasangka-definisi tentang kebenaran kita itu akan menjadi tirai, filter, benteng yang membatasi bahkan memblokir datangnya kebenaran yang sejati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar