Jumat, 18 Januari 2019

Mengenali Ego, Mengenali Setan



Marahnya anda saat agama anda dikritisi atau dinista, bukanlah pertanda ghirah keagamaan anda kuat apalagi pertanda agama yang anda imani itu benar. Itu hanya pertanda apa yang anda imani itu telah melekat-menyatu dengan diri pribadi anda, menjadi ikon-lambang-wakil EGO-hawa nafsu anda. Akibatnya, serangan sekecil apapun terhadap agama anda itu akan dipandang pikiran-alam bawah sadar anda sebagai serangan terhadap diri pribadi anda. Jangankan agama, rokok sebatang bisa membuat anda menjadi pembunuh kalau itu sudah sedemikian melekat pada diri pribadi anda.


EGO adalah sumber dominan spirit-kehendak yang oleh banyak agama atau budaya sering disebut sebagai SETAN. Bahkan belajar spiritualpun tidak akan ada gunanya jika ego kita dibiarkan tinggi, tidak menjadikan pengendalian atasnya sebagai "laku-tarikat" utama. Lihat tuch, banyak orang terjerumus, merasa dan mengklaim menjadi Nabi, Wali, orang suci bahkan titisan Tuhan justru saat sedang ghirah-ghirahnya mendekatkan diri pada Tuhan. "Laku" yang harusnya membawanya pada kesadaran-pencerahan-pengetahuan, malah membuatnya BERDELUSI-BERHALUSINASI hebat, egonya mewujud menjadi sosok-sosok yang dikira sebagai malaikat, Tuhan atau dewa-dewa..., yang kemudian (dikira) memberinya wahyu, menunjuknya menjadi Nabi, Wali, orang suci atau tempatnya Tuhan-dewa menitis..., mereka tertipu-terjerumus ego-obsesinya sendiri, dikira diberkahi dan dirahmati Tuhan padahal hanya diberkahi-dirahmati egonya sendiri. Jadi ingat dulu saat saya sedang bermeditasi-berzikir khusuk, saya "mimpi" didatangi saudara saya yang sudah meninggal dunia, dia menasehati saya agar belajar-memeluk agama X kalau semua masalah hidup saya ingin berakhir. Mungkin betul jika "wahyu" itu saya jalankan, semua masalah hidup saya akan berakhir, tapi perkara agama X itu benar atau tidak, jelas adalah masalah lain. Pernah juga saat sakit keras, saya "mimpi" didatangi orang berpakaian serba putih, seorang Wali, dia tersenyum ramah, tanpa bicara sepatah katapun kemudian mengusap punggung saya, hawa hangat mengalir, tubuh saya bergetar hebat, saya terbangun, saya yang sudah sekarat tiba-tiba sembuh. Saudara saya dan seorang Wali yang mendatangi saya itu tentu hanyalah sosok perwujudan dari ego saya, bukan sosok di luar diri saya, karena saya menyayangi-menghormati merekalah akhirnya mereka mewujud menjadi "dewa" dalam hidup saya, kalau yang saya sayangi-kagumi-hormati-puja adalah Yesus, Wisnu, Buddha atau yang lainnya, tentu mereka itulah yang akan "mendewai" hidup saya..., Muslim tidak pernah bertemu (wujud) Nabi dan Tuhannya jelas karena mereka tidak punya bayangan akan itu, tentu ini akibat terlarangnya Muslim menggambarkan-mematungkan wujud mereka.


Ego hanya memberi petunjuk-kekuatan mencapai apa yang kita inginkan, dia hanyalah penopang eksistensi fisik-duniawi kita, bukan memberi kita pemahaman akan apa yang benar (secara universal)..., jangan pernah merasa atau mengklaim diri kita benar jika nyatanya kita masih sangat terobsesi pada uang, kekuasaan, wanita, pujian, bahkan surga, masih hidup dikuasai ego kita...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar