Senin, 25 Juni 2018

Antara Iman, Syirik dan Sihir


Semua penganut agama, disadari ataupun tidak, diakui ataupun tidak, hampir pasti justru adalah pelaku syirik dan sihir yang utama-terbanyak..., pasti menyembah berhala bahkan termasuk yang mengkaim sangat anti berhala, pasti yang paling gemar menyihir orang melalui doa, kata-kata, prasangka dan laknatannya. Wajar saja, sebab iman sendiri adalah sumber utama kesyirikan sekaligus pemicu utama bangkitnya energi sihir.


Syirik itu nikmat, memudahkan dan mencandu..., bayangkan, cukup menyembah batu, kuburan, gunung, pohon, lautan, habib atau bahkan botol saja, hajat-hajat kita bisa terpenuhi. Orang-orang bodoh, egois dan lemah akan sulit lepas dari jeratan pesonanya. Pun dengan sihir, itu adalah cara mudah memanipulasi, menguasai dan memperbudak orang lain..., orang relijius jelas adalah yang paling akan memiliki kekuatan sihir, jika mereka gagal mengendalikan egonya, akan juga yang paling mudah terjerumus memanfaatkannya.


Memangnya anda tahu arah energi spiritual anda saat berdoa atau beribadah sehingga dengan pede bahkan angkuhnya mengklaim tidak berbuat syirik atau sihir...?. Tidak menyembah patung, jimat, keris, kuburan, tapi kalau energi spiritual anda saat berdoa mengarah ke tempat ibadah, kitab suci, pakaian keagamaan, sorban, jenggot, simbol-simbol keagamaan, tokoh-tokoh keagamaan, ya tetap saja status anda syirik secara hakikat. Tidak menggunakan boneka sihir, buhul-buhul, sempak atau rambut orang tapi kalau nyatanya energi spiritual anda diarahkan pada kecelakaan orang lain melalui doa buruk atau laknatan anda, status anda tetaplah tukang sihir.


Syirik adalah mengingkari realitas, fakta, kebenaran hakiki..., mengimani FIKSI, sesuatu yang pada dasarnya tidak ada, yang (rasa) adanya hanya timbul dari penimbunan energi prasangka-spiritual kita saja. Bahkan suka berpenampilan relijius saja sudah syirik atau minimal mengarah pada kesyirikan..., lama-lama itu akan terasa keramat dan barokah. Sihir adalah berusaha menguasai atau mencelakakan orang lain dengan menggunakan energi pikiran-spiritual kita apapun metode atau caranya, bahkan termasuk dengan yang menggunakan simbol-simbol agama.


Satu-satunya cara menghindari syirik ea menghapus ketergantungan rasa keagamaan kita pada benda, tempat, orang atau "cerita", menggunakan hanya hati kita saat beragama. Jika perasaan kita saat memakai jins atau topi sama dengan saat kita memakai sarung atau sorban, beribadah di masjid sama dengan di gereja, melihat orang Arab sama dengan melihat orang China, melihat babi sama dengan melihat onta, saat itulah kita mulai terhindar dari kesyirikan, mulai adil-obyektif dalam melihat dunia, tanpa terlalu melibatkan rasa dan prasangka kita. Sementara menghindari sihir, cukup dengan mengendalikan ego, menghindari pikiran, perkataan, prasangka dan doa buruk, kebencian.


Lha wong melihat padang pasir, pohon kurma, onta atau orang Arab aja njerit-njerit histeris kok ngaku tidak syirik, ente hanya memindahkan yang menjadi obyek kesyirikan saja Bro...!. Lha wong melihat Jokowi aja benci setengah dewa kok ngaku anti sihir, kebencianmu itu sama saja sedang mengirim "paku" atau "silet" ke tubuh Jokowi...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar