Sabtu, 17 Desember 2016

Ikhlaskanlah Doa Kita




"Yen durung pikantuk wangsiting Dewa, dirangsang tuna, digayuh luput" (Jika belum mendapat petunjuk Tuhan, dipaksakan rugi, diinginkan salah). Itulah nasihat Togog atau Bilung, punakawan "wong sabrang" jika bendara atau tuannya yang perkasa tapi berwatak angkara berniat melakukan aksi jahatnya semisal menyerang Kahyangan atau Pandawa.


Sekarang banyak orang berdoa kepada Tuhan tapi caranya seperti Aladdin meminta kepada jin botol, cukup mengatakan apa yang diinginkan setelah itu berharap dikabulkan tanpa mau tahu amalan-tarikat-tahapan apa yang harus ditempuh. Akibatnya, jangankan doa-doa mereka dikabulkan, mencapai tahap diberi ilham-petunjuk menuju pengabulan doa itu saja tidak pernah.


Yang terpenting dari doa bukanlah lafadz atau bahasa yang digunakan atau dari tradisi agama apa melainkan amalan-tarikat apa yang harus kita tempuh agar kita mencapai tahap diberi ilham-petunjuk. "Silence is the language of God", kita harus berusaha mengosongkan-menyepikan-mengheningkan diri, menerima apapun kemungkinan wujud-cara pengabulan doa kita, tidak boleh "ngarani". Dan untuk mencapai itu kita harus ikhlas belajar membatasi ego badaniah kita, belajar mengurangi makan, tidur, berprasangka, dendam, birahi, berbicara, marah-marah, membenci, mendengki, mencaci dan lain sebagainya.


Kalau kita berdoa agar diberi rejeki lancar tapi pikiran kita masih dipenuhi prasangka kalau hanya profesi tertentu saja yang akan membuat rejeki kita lancar, kita sedang membatasi bahkan menutup kemungkinan datangnya ilham-petunjuk bagaimana agar rejeki kita menjadi lancar. Kalau kita berdoa minta jodoh tapi pikiran kita terus dipenuhi perasaan-prasangka-harapan hanya orang yang sedang kita cintai saja yang ingin-harus jadi jodoh, maka doa-doa kita kemungkinan besar akan "membentur" dinding tebal bernama sunatullah, jika dipaksakan kita sendiri yang akan "rusak", lahir-batin kita tidak akan kuat menerima anugrah-pengabulan doa itu. Pun demikian kalau kita berdoa agar umat agama kita bangkit atau diberi kemenangan tapi pikiran terus dipenuhi prasangka hanya dengan egoisme, kekerasan, terorisme, rasisme, umat bisa bangkit dan menang, doa kita hanya akan berakhir sia-sia, sebab hakikatnya, kita telah menolak datangnya ilham-petunjuk, menolak dikabulkannya doa kita sendiri.


Tanda akan dikabulkannya doa adalah diberikannya kita ilham-petunjuk, sering berujud dorongan kuat untuk melaksanakan sesuatu yang pada akhirnya akan mengarahkan kita pada dikabulkannya doa kita itu. Jika itu saja belum diupayakan didapat, berharap doa kita dikabulkan hanya akan berakhir menjadi sebatas mimpi-delusi, angan-angan, harapan kosong..., "adoh lintang sinawat binalang kayu, tangeh lamun tekan cepak cupete..., dirangsang tuna, digayuh luput", kalaupun "tampak" dikabulkan, itu hanya kebetulan saja, karena memang sudah "arah" dan seharusnya, bukan disebabkan doa kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar