Apakah seorang Bapak yang bersedia memenuhi apapun keinginan anak-istrinya bisa disebut sebagai sedang mencintai anak-istrinya itu?. Belum tentu, bisa jadi itu justru sedang menjerumuskannya. Riset membuktikan, terlalu memanjakan berbahaya bagi mental-spiritual mereka, membuat mereka lemah-rapuh, kurang mampu menghadapi permasalahan dan tantangan hidup, membuat mereka kesulitan mengheningkan diri-melemahkan ego, modal utama relijiusitas-spiritualitas. Apakah seorang suami yang over-protektif, melarang anak-istrinya keluar rumah, melarang melakukan ini itu bisa disebut sebagai sedang membela-melindunginya?. Juga belum tentu, malah pasti, itu sedang memenjarakan, menjajah, mengkerdilkannya.
Mencintai, membela, melindungi sesuatu itu jauh lebih memerlukan ilmu-kawruh baik secara akal maupun hati-spiritual daripada memusuhi, itu adalah pekerjaan-haknya orang-orang yang sadar-ma'rifat-tercerahkan, orang yang sudah mampu mengendalikan ego-hawa nafsunya, sudah mampu "melihat" dengan jelas maslahat dibalik suatu cinta, pembelaan dan perlindungan. Tanpa itu, mencintai, membela atau melindungi apapun hanya akan berakhir menjadi mencintai, membela, melindungi ego-hawa nafsu kita sendiri.
Sekarang ironis, banyak orang yang mengendalikan ego-hawa nafsu terdasar, amarah dan lawamahnya saja tidak mampu tapi gemar sekali mengklaim mencintai, membela, melindungi ini-itu, rakyat, negara, agama atau pribumi. Akibatnya bisa ditebak, mereka menjadi seperti ABG labil sedang mencintai wanitanya, mengalami delusi-halusinasi berat, sering melakukan perbuatan yang jelas adalah menghancurkan-menghinakan wanitanya tapi dikira sedang mencintai-memuliakannya..., mengekang, melecehkan, menganiaya, memperkosa bahkan membunuhnya..., dilakukannya atas nama cinta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar