Rabu, 16 November 2016

Agama Manakah yang Benar?





Mengapa semua agama mengajarkan ibadah atau penyembahan, kurban, sedekah, sesaji dalam segala bentuknya...?. Mengapa pula mengajarkan kezuhudan, puasa, cinta, empati, syukur, ikhlas, berserah diri, kontemplasi, zikir, meditasi...?. Karena memang itulah "amalan-amalan" yang akan mampu melemahkan kekuasaan ego-hawa nafsu, "daging" atau panca indra kita. Ego-hawa nafsu yang melemah akan berarti menguatnya kekuasaan akal-hati, kesadaran-ma'rifat, kemampuan membaca-mendengar suara hati-tempatnya pengetahuan dan kekuatan, kebijaksanaan, modal utama kita memahami kebaikan dan kebenaran, sarana menggapai berkat, rahmat, kebahagiaan, kemuliaan dan keselamatan.


Jadi, sebenarnya, tidak perlu banyak berdebat atau atau saling klaim tentang agama atau aliran agama mana yang benar. Pemikiran, perkataan, perbuatan bahkan nasib penganutnya menjadi cermin sempurna. Tidak ada gunanya kita ngotot mengklaim kalau agama atau aliran agama kita benar jika nyatanya kita lebih egois, lebih dikuasai hawa nafsu, menjadi pemarah, pembenci, pendendam, pendengki, binal, serakah. Itu telah secara gamblang menunjukkan kalau agama, aliran agama atau pemahaman agama kita telah salah secara esensi, tidak akan membawa kita pada kesadaran-ma'rifat, kemampuan membaca-mendengar suara hati-suara Tuhan-suara alam semesta..., karenanya, tidak akan mampu juga mengantarkan kita pada kebaikan, kebenaran, kebijaksanaan, kebahagiaan, kemuliaan dan keselamatan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar