Jumat, 25 November 2016

Menenangkan Diri, Menyelamatkan Diri




Tubuh manusia ditakdirkan lebih ringan dari air, sekalipun kita tidak bisa berenang, saat jatuh di air, kita takkan tenggelam jika kita mampu bersikap tenang dan bernafas teratur. Tapi sayang sekali, kebanyakan orang yang tidak bisa berenang, saat jatuh di air akan gugup dan panik, tidak mampu mengontrol gerak tubuh dan nafasnya, akibatnya, niat-hasrat kuatnya untuk hidup-menyelamatkan diri malah hampir pasti berujung pada kematiannya, tenggelam.


Pun demikian sebenarnya saat hidup kita jatuh di "air", mengalami cobaan-permasalahan atau tantangan hidup yang berat, jika kita "gugup dan panik", akan sulit bagi kita untuk bangkit dan selamat, sebaliknya, jika kita mampu menenangkan diri, bertafakur, berkomtemplasi, berzikir atau bermeditasi, mengatur "nafas", kita akan lebih mudah melihat pemecahan, mendengar suara-petunjuk Tuhan-alam semesta tentang apa-apa yang terbaik bagi diri kita, lebih mudah untuk bangkit-selamat.


Sayang sekali, sekarang ini banyak politisi dan agamawan kita justru berperilaku seperti umumnya orang tidak bisa berenang jatuh di air, saat menghadapi kejatuhan, permasalahan atau tantangan, mereka bukannya berusaha menenangkan diri-mengatur "nafas" malah sebaliknya menjadi sangat reaktif, egois dan agresif, kata-kata dan perilakunya tidak terkendali, mereka mengira itu akan membangkitkan-menyelamatkan diri, agama, partai, atau negaranya, padahal-seperti halnya reaksi umum orang tidak bisa berenang jatuh di air, hampir pasti itu justru akan "membunuhnya"...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar