Minggu, 13 November 2016

Tuhankanlah Tuhan




Kitab suci A katanya palsu, sudah dimodifikasi sesuai kepentingan tokoh-tokoh awal agamanya. Kitab suci B katanya buatan setan penghuni goa ditandai dengan banyaknya ajaran penindasan, kebencian dan teror di dalamnya. Kitab suci C katanya karangan manusia, bukan dari Tuhan, tidak sempurna, tidak perlu diikuti. Begitulah perdebatan yang sering saya dengar dari para penganut fanatik agama. Perdebatan yang menurutku konyol, malah justru menjauhkan mereka dari apa yang mereka cari dari agama yaitu Tuhan atau hakikat kebenaran.


Kitab suci kita boleh saja palsu, boleh saja buatan setan, boleh juga karangan manusia..., tapi selama fokus keberagamaan kita hanya pada Tuhan, yang palsu, yang buatan setan, yang karangan manusia itupun pada akhirnya akan mengantarkan kita pada Tuhan, pada hakikat kebenaran..., sebaliknya, sekalipun kitab suci kita asli, benar, dari Tuhan, tapi jika kita "meninggalkan" Tuhan, kitab suci kita itu akan dengan sangat mudah mengantarkan kita pada kesesatan, dipahami dengan cara yang salah, akan jadi budak dan berhala, sekedar sarana memenuhi ego kita.


Karenanya, tidak begitu penting sebenarnya memperdebatkan (benar-tidaknya, tafsir) kitab suci, sebab siapapun kalau sudah bertuhankan Tuhan-bukan bertuhankan kitab suci, agama atau pendiri agama, pada akhirnya akan sampai pada titik yang sama, akan memahami apa itu hakikat tauhid, "ketuhanan yang maha esa"..., akan memiliki persepsi yang sama tentang Tuhan dan kebenaran sekalipun kitab sucinya berbeda...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar