Tanpa "kesadaran-ma'rifat", hidup ini tidak akan lebih dari mimpi, terasa nyata-kita merasa kaya, merasa kuat, merasa hebat, merasa menyetubuhi padahal hakikatnya itu tak lebih dari ilusi-tipuan akibat kuatnya prasangka, angan-angan, harapan, ego-hawa nafsu-keinginan kita.
Tepat sekali apa yang dikatakan Syeikh Siti Jenar, "manusia adalah bangkai najis yang berperilaku congkak". Kita sering merasa baik, benar, pintar, suci, mulia, hingga merasa dekat dengan Tuhan padahal sering kali itu tidak lebih dari "mimpi-delusi" yang tumbuh dari kuatnya keterikatan kita pada "bangkai-daging", tubuh-fisik, ego-hawa nafsu kita..., apa yang menjadi realitas di diri kita sering justru sebaliknya, kita jahat, salah, bodoh, kotor, hina, jauh dari Tuhan. Kita masih sama dengan hewan yang hidup hanya menuruti kehendak raga-naluri primitifnya. Apakah dengan beragama derajat kita akan menjadi lebih tinggi dari hewan...?, belum tentu, agama seringkali tidak lebih dari cara "sesat" tapi indah kita menuruti naluri hewani kita untuk mempertahankan diri-tetap eksis, hidup abadi-ekspresi penyangkalan terhadap kefanaan. Apakah dengan berpendidikan tinggi otomatis membuat kita menjadi makhluk yang lebih "tinggi"...?, belum tentu juga, pendidikan tinggi seringkali hanyalah cara kita untuk memenuhi naluri primitif kita untuk mendominasi-menguasai orang lain.
Kehidupan dimulai saat "kematian" tiba. Hanya dengan kesediaan kita belajar "mematikan" kehendak "bangkai-daging", tubuh-fisik, ego-hawa nafsu, kita akan "bangun", "pensiun" dari status kita sebagai "hewan-bangkai", memulai kehidupan baru-kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang bersandar pada realitas-ma'rifat-kesadaran-pencerahan, "manunggaling kawula lan Gusti"..., tanpa itu, hidup kita masih akan terjebak di alam mimpi, angan-angan, kemabukan, begitu emosional-dramatis dirasakannya tapi palsu, tidak ada sandaran kebenaran-realitasnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar