Kamis, 05 Oktober 2017

Wangsit, Ego dan Budaya


Wangsit (termasuk ilham, firasat, hidayah, wahyu dsb)..., benarkah itu petunjuk dari alam ghaib....?. Sekalipun biasa mendapat wangsit, saya sendiri tidak percaya itu berasal dari alam ghaib. Saya justru percaya itu hanyalah petunjuk dari dalam diri kita sendiri, dari lapisan kesadaran-pengetahuan kita yang lebih tinggi..., yang "menampilkan" diri dalam sosok-lambang yang sesuai dengan prasangka, agama, budaya, keinginan, imajinasi serta tingkat nalar dan pengendalian ego kita..., yang sering disebut qorin/pengiring atau malaikat penjaga..., yang oleh orang Jawa disebut "pamomong", "sedulur papat", "Gusti" yang bersemayam di dalam diri kita.

Mudah untuk membuktikannya. Pernah suatu saat dalam suatu penyepian-zikir-meditasi, saya mendapat wangsit berupa suara tanpa wujud, pernah juga didatangi orang berpakaian serba putih, berisi nasehat supaya saya berpuasa kapit weton kalau menghendaki hajat saya (rejeki lancar) tercapai. Apakah mungkin jika saya bukan orang Jawa, saya akan mendapat wangsit seperti itu...?, apakah jika ego saya tidak sedang ada di situ (rejeki lancar), saya akan mendapat wangsit seperti itu...?. Tidak mungkin..., jika mendapat wangsit seperti itu, saya malah akan bingung sendiri, karena saya tentu tidak akan tahu apa itu puasa kapit weton..., pun demikian jika saya dalam posisi kaya, tentu wangsitnya akan berbeda, mungkin akan menjadi wangsit bagaimana cara saya memikat wanita. Yang pasti, kalau saya orang Arab, kesadaran-pengetahuan lebih tinggi saya, qorin/pengiring, malaikat penjaga, pamomong, sedulur papat, Gusti yang bersemayam dalam diri saya tentu tidak akan mewujud menjadi orang berpakaian serba putih melainkan akan mewujud menjadi malaikat, Nabi atau bahkan jin, atau kalau saya orang India, mewujud menjadi dewa-dewa..., nasihatnyapun pasti akan berbeda, sesuai dengan konteks-kondisi faktual apa yang sedang paling saya hajatkan saja, kalau saya ingin jadi Nabi, yang memberi wangsit tentu berujud Malaikat Jibril.

Tidak penting bagaimana ("baju") wangsit itu disampaikan, yang terpenting adalah karakter dari wangsit itu, karena jelas, itu menunjukkan di mana ego kita sebenarnya diletakkan..., jika ego kita diletakkan di titik terendah, kita pasti akan cenderung mendapat wangsit, ilham, ide, hidayah yang jika dilaksanakan hanya akan menguntungkan diri kita saja, sebaliknya akan merugikan orang lain seperti wangsit, ilham, ide, hidayah untuk membunuh, berperang, membodohi, memfitnah, menipu, menindas, korupsi dll sebagaimana banyak "diterima" banyak orang relijius sekarang... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar