Lahirnya kepercayaan kepada agama dan Tuhan pada hampir semua masyarakat dan budaya jelas mencerminkan gagalnya kesombongan dan kesenangan membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Kesombongan dan kesenangan telah menimbun-melemahkan kesadaran-kekuatan-pengetahuan lebih tinggi manusia, membuatnya tertutup-terhalang, susah diakses, susah dimanfaatkan untuk membantu tetap eksisnya umat manusia.
Agama (ibadah, penyembahan terhadap Tuhan) adalah "tarikat-laku" perendah-hatian dan penderitaan-pembatasan atas kesenangan. Ada atau tidak adanya Tuhan, tarikat-laku itu akan menghubungkan manusia dengan kesadaran-kekuatan-pengetahuan lebih tinggi yang sekian lama tertimbun-tertutup-terhalang. Benar-tidaknya suatu agama-kepercayaan kepada Tuhan bisa dinilai dari karakter ajaran dan ritual ibadahnya, jika ajaran dan ritual ibadahnya sanggup membuat penganut-pemercayanya rendah hati, mau membatasi kesenangan, agama itu telah benar secara esensi..., atau setidaknya, pada akhirnya akan membawa penganut-pemercayanya pada kebenaran bagaimanapun tidak masuk akalnya ajaran-ritual ibadahnya pada awalnya.
Sekarang tragis, agama malah sering membuat orang menjadi sombong, merasa pintar dan benar sendiri..., yang lebih parah, dijadikan alat melegitimasi-membantu keinginan-keinginan penganutnya akan kesenangan. Mereka secara gamblang telah mencerabut agama dari fitrahnya, sikap yang jelas akan membuat agama kehilangan fungsi hakikinya sebagai penopang eksistensi umat manusia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar