Senin, 09 Oktober 2017

Fitrah Agama


Lahirnya kepercayaan kepada agama dan Tuhan pada hampir semua masyarakat dan budaya jelas mencerminkan gagalnya kesombongan dan kesenangan membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Kesombongan dan kesenangan telah menimbun-melemahkan kesadaran-kekuatan-pengetahuan lebih tinggi manusia, membuatnya tertutup-terhalang, susah diakses, susah dimanfaatkan untuk membantu tetap eksisnya umat manusia.

Agama (ibadah, penyembahan terhadap Tuhan) adalah "tarikat-laku" perendah-hatian dan penderitaan-pembatasan atas kesenangan. Ada atau tidak adanya Tuhan, tarikat-laku itu akan menghubungkan manusia dengan kesadaran-kekuatan-pengetahuan lebih tinggi yang sekian lama tertimbun-tertutup-terhalang. Benar-tidaknya suatu agama-kepercayaan kepada Tuhan bisa dinilai dari karakter ajaran dan ritual ibadahnya, jika ajaran dan ritual ibadahnya sanggup membuat penganut-pemercayanya rendah hati, mau membatasi kesenangan, agama itu telah benar secara esensi..., atau setidaknya, pada akhirnya akan membawa penganut-pemercayanya pada kebenaran bagaimanapun tidak masuk akalnya ajaran-ritual ibadahnya pada awalnya.

Sekarang tragis, agama malah sering membuat orang menjadi sombong, merasa pintar dan benar sendiri...,  yang lebih parah, dijadikan alat melegitimasi-membantu keinginan-keinginan penganutnya akan kesenangan. Mereka secara gamblang telah mencerabut agama dari fitrahnya, sikap yang jelas akan membuat agama kehilangan fungsi hakikinya sebagai penopang eksistensi umat manusia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar