Seandainya anda diberi tahu jika orang yang sedang sangat anda sayangi, cintai, puja, idolakan itu ternyata bukan jodoh anda, apakah anda akan menerima rahmat-anugrah "pengetahuan" itu...?.
Hampir pasti tidak, bukannya anda bersyukur-berterima masih telah diberi tahu untuk kemudian belajar menerima kenyataan itu, malah anda akan menjadi sebaliknya, memusuhi, mencaci-maki orang yang memberi tahu itu. Anda akan berusaha menyangkal berita apapun yang tidak sesuai dengan ego anda itu. Ada beribu dalih, teori, retorika yang tiba-tiba akan keluar membanjir membantah pemberitahuan itu.
Kebenaran itu sering sangat pahit, getir, menyedihkan, menyakitkan karena musuh utamanya adalah ego kita, prasangka, keinginan, harapan, angan-angan, kesenangan kita.
Pun demikian dalam dalam urusan beragama, berpolitik atau bermasyarakat..., siapakah di sini yang bisa menerima dengan ikhlas "pengetahuan" kalau ternyata agama anda, partai anda, tokoh anda, ide atau pendirian anda ternyata salah...?. Mungkin hanya satu di antara seratus yang mau menganalisa kabar itu dan hanya satu di antara seribu yang mau menerima "kabar" benar itu untuk kemudian berani beralih agama, partai, tokoh panutan, ide dan pendirian.
Kebenaran itu untuk orang yang kuat, kuat nalar-logika, kuat menguasai emosi-egonya, orang yang siap sengsara. Menyedihkan, sekarang ini, yang paling keras mengklaim kebenaran sering justru adalah orang-orang yang hanya untuk sekedar bernalar-logika sederhana saja tidak mampu, mengendalikan emosi-ego terdasar saja tak kuasa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar