Minggu, 04 Maret 2018

Agama Kita, Jimat Kita



Jaman saya ABG dulu-maklum rada "kurang" gagah, saya berikhtiar agar tetap memiliki daya tarik di hadapan wanita, saya ingin agar wanita manapun yang melihat saya jadi timbul hormat dan welas asihnya. Akhir cerita, saya diberi sebuah jimat oleh seorang Kyai, bentuknya hanya kertas bertuliskan doa memakai bahasa dan huruf Arab.


Jimat itu konon kabarnya mampu membuat pemiliknya tampak GANTHENG tur PRAKOSO, menjadi LANANG SEJATI bak Nabi Yusuf atau Arjuna, bakal dirubung wanito pokoke... ^^ Jimat itu juga bisa menjadi penolak balak/kesialan/musibah, menjauhkan dari demit, memberi keberuntungan, melancarkan rejeki dan masih banyak manfaat lainnya. Oleh pengijazahnya, saya diberi sarat, tidak boleh melakukan MOLIMO (Maling, Main, Madon, Mendem, Mateni) ditambah tidak boleh berkelahi (kalau gak didului), harus bersabar, tidak boleh mudah marah, banyak berpuasa sunah, zikir, sedekah dll.


Walaupun dampak negatifnya juga ada, jimat itu jelas telah membuatku menjadi orang baik selama bertahun-tahun, jangankan untuk melakukan kejahatan yang serius, untuk sekedar nyolong timun saja saya gak berani..., jangankan menipu orang, mendapat kelebihan kembalian saat membeli sesuatu saja pasti akan saya kembalikan bagaimanapun jauh penjualnya, melihat dompet tergeletak di jalan, gak berani saya menyentuhnya, takut ada isinya uang kemudian saya tergoda mengambilnya. Jimat itu memiliki efek yang lebih kuat dari agama.


Kalau jimat saja bisa memiliki dampak yang begitu dramatis-baik, harusnya agama dengan segala pakaian, atribut dan simbol-simbolnya memiliki dampak yang jauh lebih dramatis-baik, harusnya lebih bisa menjadi "wasilah" pemeluknya menurunkan ego atau hawa nafsunya..., harusnya karena itu orang lebih malu dan takut untuk berbuat jahat-buruk seperti mudah marah, sombong, berprasangka buruk, berkelahi, mencuri, bergibah atau memfitnah, korupsi, menzalimi, merasa benar dan menang sendiri.


Sekarang tragis, agama bahkan kalah berkahnya dibanding jimat..., bukannya menjadi wasilah bagi penurunan ego malah membuat ego pemeluknya makin membesar. Memakai sorban dan jubah putih tapi matanya melotot, mulutnya liar tak terkontrol, hari-harinya hanya diisi amarah, kebencian, hasutan, fitnah dan prasangka buruk, gak takut po khodam malaikatnya kabur...?. Ibarat tikus mati di lumbung beras, mereka tersesat bahkan binasa di tempat yang justru harusnya menjadi jalan lurusnya, surganya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar