Selasa, 27 Maret 2018

Dari Ego atau Tuhan?



Dulu, sehabis solat malam (hajat) dan khusuk berzikir, dalam keadaan duduk, antara sadar dan tidak, saya "mimpi" didatangi saudara saya yang sudah meninggal dunia, dia menyuruh saya untuk mempelajari/memeluk agama Katolik.


Saya Muslim taat, saudara saya yang sudah meninggal itu juga demikian, kok petunjuk-perintahnya seperti itu...?, saya bingung dan galau, hingga akhirnya, saya mengambil kesimpulan, itu tak lebih dari jin atau setan yang menyamar menjadi saudara saya, yang ingin menjerumuskan-memurtadkan saya..., petunjuk tidak saya jalankan dan hidup saya tetap "kasurang-surang".


Tapi sekarang saya mengerti alasan sebenarnya dibalik "hidayah" atau "wahyu" yang saya dapat itu. Itu bukanlah jin atau setan, bukan saudara saya yang sudah meninggal, bukan pula dari (rencana-jamahan) Tuhan, itu tak lebih dari alam bawah sadar saya yang hendak "membimbing" saya memenuhi ego saya. Mengapa dia "menyamar" menjadi saudara saya (yang sudah meninggal)...?, jelas karena dialah panutan saya, yang selalu saya hormati, cintai dan percaya kata-katanya. Mengapa memerintahkan saya seperti itu...?, ego saya waktu itu ada di karier dan wanita, teman-teman saya yang baik, sukses sekaligus hormat pada saya, banyak yang beragama Katolik, kalau saya menjadi Katolik, mungkin saya akan bernasib sama dengan Prabowo atau Felix Siauw, mendadak jadi artis terkenal, karier moncer, kaya raya atau dirubung wanito, apa yang menjadi ego terbesar saya akan mudah terwujud.


Dimana ego kita diletakkan, di situlah energi kita mengarah, membimbing, mewujud, bahkan menipu dan menjerumuskan. Jangan geer, mengira kita telah mendapat hidayah atau jamahan Tuhan karena kita telah mendapat petunjuk atau ilham untuk berpindah agama atau cara beragama, mungkin kita hanya sedang mendapat hidayah, "jamahan" dari ego kita saja..., dan ego, tak mengenal yang baik dan yang benar, dia hanya mengenal yang paling menguntungkan atau menyenangkan.


Tidak akan ada kebenaran, tidak akan ada jalan lurus, tidak akan ada kesadaran, kawruh, pencerahan atau makrifat, tidak akan ada Tuhan sebelum kita mampu menguasai ego kita..., kita akan tetap terus hidup dalam bayang-bayang ilusi dan ketidak-pastian, akan tetap menjadi "bangkai najis yang berperilaku congkak", tetap tertidur dan "mati", tetap akan terus ditipu, dijerumuskan dan diperbudak ego kita sendiri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar