Selasa, 20 Maret 2018

Tuhan dan Budaya



Bagaimana karakter dasar Tuhan digambarkan, mencerminkan etos atau karakter dasar-budaya masyarakat hingga bahkan lingkungan-geografi dimana agama itu muncul. Kalau Tuhan digambarkan egois, rasis, seksis, keras, pembenci, pendendam, pemarah, penghukum, seperti itu jugalah sebenarnya karakter dasar masyarakat dimana agama itu muncul. Hukum permintaan dan penawaran juga berlaku dalam dunia agama..., agama yang akan "laku" dan berkembang adalah agama yang mampu menawarkan hal yang paling sesuai dengan obsesi-ego dominan masyarakat.


Agama adalah persepsi-reaksi kesadaran-pengetahuan lebih tinggi pendirinya atas situasi dan kondisi di suatu masyarakat untuk kemudian memunculkanya dalam bentuk ajaran yang dinilai terbaik dan efektif untuk menyikapi, merubah atau menguasai masyarakat itu. Karenanya, bagaimanapun karakter ajarannya, semua agama (dalam batas tertentu) pada dasarnya benar, tidak salah asal hanya berusaha diterapkan pada waktu dan tempat asal-masyarakat-budaya dimana agama itu datang atau pada waktu dan tempat, masyarakat-budaya yang setara-sekarakter dengannya. Baru akan menjadi salah besar saat berusaha menyebarkan ajaran (agama) itu pada tempat, masyarakat yang memiliki etos-karakter dasar, budaya yang berbeda karena pasti akan terjadi benturan, pertentangan, ketidaksinkronan, ketidak-efektifan bahkan ketidakbergunaan.


Kemakmuran-kekayaan adalah obsesi utama orang China, karenanya, "Tuhan" yang kemudian muncul dan paling dipuja, tentu adalah Tuhan yang dirasa paling akan memenuhi obsesi utamanya itu..., maskulinitas, seks dan kekuasaan adalah obsesi utama orang Arab, lihat karakter dasar Tuhannya orang Arab, sangat sesuai dengan obsesi-apa yang diinginkan mereka itu..., menang perang adalah obsesi utama orang Romawi dan Yunani kuno, wajar Dewa Peranglah yang kemudian dominan disembah..., ketenangan, kelepasan atau pencerahan adalah obsesi banyak bangsawan India (jaman dulu), wajar kemudian muncul agama Buddha yang sangat intens menawarkan itu..., kesuburan, ketentraman, kelembutan, keselamatan adalah obsesi orang Jawa (asli), wajar kemudian muncul Dewi Sri, Dewi kesuburan, Dewi yang paling dipuja masyarakat agraris Jawa.


Ingin membuktikan...?, coba anda bermeditasi seperti halnya para pendiri agama bermeditasi..., petunjuk yang datang akan sesuai dengan dimana obsesi-ego anda diletakkan, budaya dan tempat anda tinggal..., kalau anda terobsesi menjadi Nabi dan masyarakat sedang "galau", mungkin anda akan "mimpi" didatangi malaikat dan memberi anda wahyu..., kalau anda mata wadonan atau terobsesi dengan wanita dan tinggal di lingkungan masyarakat yang relijius, anda mungkin akan mendapatkan petunjuk untuk memanjangkan jenggot, memakai sorban dan kemana-mana muni Akhi-Ukhti..., atau kalau anda kafir, anda akan mendapat petunjuk untuk menjadi mualaf..., wajar saja, sebab itulah yang sedang jadi obsesi banyak cewek relijius sekarang..., menjadi seperti itu akan berarti menyesuaikan diri dengan selera pasar..., alam bawah sadar kita memang pintar... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar