Senin, 16 Juli 2018

Kebenaran Itu Pahit, Jangan Terobsesi Dengannya!


Kebenaran adalah saat kita memilih untuk tidak menyuap walaupun karena itu kita akan tersisih dan tercampak, kehilangan peluang emas kita..., atau saat seorang politisi lebih memilih kalah demi tetap memegang teguh idealismenya mencerdaskan masyarakat daripada menang tapi harus membodohi mayarakat dengan menjual isu SARA atau hal-hal primordial lainnya.


Sungguh berat dan pahit karena yang sedang kita lawan adalah ego-ego primitif-paling dasar kita, naluri-keinginan kita untuk tetap eksis, hidup senang, aman dan nyaman. Kalaupun di dalam suatu kebenaran terdapat keuntungan, itu tentu bukanlah keuntungan untuk diri pribadi atau kelompok kita saja melainkan keuntungan yang sifatnya universal, esensial dan jangka panjang..., sekarang kita benar, mungkin baru dua atau tiga generasi berikutnya masyarakat akan mengerti dan mengapresiasinya. Gusdur itu sekarang sering dicaci-maki orang "soleh" tapi beberapa generasi mendatang pasti dia akan jadi pahlawan.


Ada tanggung jawab teramat besar dari klaim kalau kita benar, jangan mudah terobsesi dengannya. Seandainya siapapun diwajibkan memikul tanggung jawab besar itu, hampir pasti hanya akan ada sangat sedikit orang yang mau atau berani mengklaim dirinya benar. Mudah mengklaim benar hanya mencerminkan kita itu bodoh, spekulatif, gegabah, geer, oportunistik bahkan sombong, kita hanya sedang mengikuti kehendak ego atau hawa nafsu kita saja apapun alasan yang melatar belakanginya termasuk alasan-alasan yang sifatnya relijius.


Jadi ingat temanku dulu, seorang ateis (kayaknya), dia selalu nyinyir, sinis, apriori, apatis, skeptis terhadap apapun penampilan, perkataan dan perbuatan seorang ulama (di daerahku). Ketika saya minta dia sedikit saja menghormatinya, dia menjawab dengan ketus, "kalau masih sama-sama doyan NGANU, kita masih sama kok, gak perlu dipandang lebih benar atau mulia". Dulu saya membantah keras kata-katanya itu, tapi sekarang saya mengakui, kata-katanya itu benar. Kalau kita masih terobsesi pada harta, tahta, wanita bahkan termasuk agama, Tuhan dan surga, kebenaran tidak akan pernah bisa kita mengerti, pandangan kita akan terbajak, terdistorsi, tersimpangkan apa yang kita obsesikan itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar