Senin, 23 Juli 2018

Agama dan Hipnotis


Dulu, sekitar 20 tahun yang lalu, saya pernah menjadi korban hipnotis atau gendam. Yang menghipnotis saya adalah penjual barang-barang seni bernuansa relijius. Penampilan dan kata-katanya juga sangat relijius, santri banget pokoknya, sulit membayangkan kalau dia ternyata seorang penjahat.


Dia menawarkan barang dagangannya dari rumah ke rumah termasuk rumahku. Awalnya saya siech tak begitu tertarik dengan barang dagangannya itu, tapi setelah dia menyalami saya ramah berikut mengatakan dengan sangat meyakinkan kalau sebagian hasil jualannya akan disedekahkannya ke masjid, pesantren dan kaum dhuafa, saya menjadi tak berdaya, berbalik tertarik. Bahkan saat dia tiba-tiba menaikkan harga jualannya berlipat-lipat (setelah tahu saya berhasil dikuasainya), saya menurut saja, justru saya merasa bahagia, syahdu bahkan suci, telah berbelanja sambil beribadah, membantu saudara sesama muslim, membela agama Allah.


Uang hasil kerja berhari-hari amblas. Saya sadar saya telah dihipnotis beberapa jam setelah penjual itu pergi, perasaan bahagia, syahdu dan suci yang tadi menguasai segera berubah menjadi rasa amarah yang amat sangat, barang seni yang kubeli tadi kulempar hingga hancur berantakan tak peduli itu adalah kaligrafi ayat-ayat suci. Ingin aku menghajar keras penjual itu, saya sedang kesulitan keuangan, kebutuhan banyak dan mendesak tapi kok malah seenaknya dikerjain seperti itu, pakai bawa-bawa agama dan nama orang dan lembaga yang saya hormati lagi.


Pelajaran berharga apa yang bisa didapat dari pengalaman pahit yang saya alami itu...?. Beragama tanpa ditopang kesadaran atau kawruh, nalar, hati, jati diri kita itu seperti saya berbuat baik atau bersedekah karena dihipnotis itu, sejatinya tidak punya nilai bahkan bisa bernilai negatif, buruk atau dosa..., kita telah merugikan diri sendiri dan berpotensi besar merugikan orang lain. Sayangnya, kebanyakan tokoh agama sekarang justru lebih suka menggunakan cara "hipnotis" saat "menjual" agama, mereka lebih suka melumpuhkan kesadaran umat daripada menguatkannya, mereka hanya sedang mencari keuntungan diri, bukan sedang membawa umat pada jalan yang lurus...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar