Kalau dampak mental-spiritual dari doa itu berbeda antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama yang lain, bolehlah satu pemeluk agama tertentu-terutama yang doanya paling sering dikabulkan mengklaim agamanyalah yang paling benar, paling diberkahi Tuhan.
Nyatanya kan tidak, doa dan dampaknya itu sangat universal, sekuler dan demokratis. Siapa yang paling khusuk, pasrah, ikhlas, disadari dan didasari cinta, dialah yang doanya akan paling berenergi-paling akan menggetarkan alam semesta-Tuhan yang maha kuasa, paling akan didengarkan dan dikabulkan, tidak peduli apapun agamanya bahkan tidak beragama atau tidak bertuhan sekalipun. Ucapan selamat pagi atau selamat datangnya seorang ateis yang ikhlas, fokus, disadari dan didasari cinta akan lebih berenergi dan bermanfaat daripada ucapan salam panjangnya seorang relijius tapi tidak mengerti artinya, hanya basa-basi, sambil lalu, hatinya kering dari cinta. Doa adalah sepenuhnya persoalan hati, hanya hati yang jadi penentu, bukan yang lain termasuk pakaian, agama atau bahasa yang kita anut-gunakan.
Mendoakan kehancuran Israel, tapi justru Israel makin perkasa..., mendoakan kehinaan orang yang tak seagama (kafir), tapi justru kafir makin mulia..., mendoakan dikaruniai pemimpin adil, tapi justru pemimpin yang datang zalim semua..., mendoakan kemajuan dan kepandaian umat, tapi justru yang datang kemunduran dan kebodohan. Sudah begitu mereka mengklaim dirinya paling benar, paling dirahmati Tuhan..., jelas ada masalah sangat besar dari realitas itu..., itu mencerminkan-jangankan mereka sudah sampai pada "penglihatan" akan mana yang benar, bahkan untuk sekedar berdoa dengan benar saja belum mampu.
Batas minimal yang didapat dari doa (yang benar) adalah ilham atau petunjuk cara-cara untuk mewujudkan apa yang kita doakan. Jika kita berdoa ingin kaya, kita akan mendapat ilham atau petunjuk langkah apa yang harus kita tempuh untuk menuju kekayaan itu. Kalau itu saja tidak didapat, kita harusnya bercermin diri, mungkin cara berdoa kita salah atau mungkin isi doa kita terlalu egoistik-penuh hawa nafsu sehingga malah membuat hati kita-tempatnya kehendak dan kekuatan Tuhan bersemayam, tertutup dan mati, gagal menghidayahi dan merahmati kita.
Mendoakan kehancuran, kehinaan atau kecelakaan orang lain itu konyol. Energi-spirit hati-ketuhanan itu halus dan hanya bisa digapai dengan cara yang halus. Kalau mengharapkan orang lain hancur, hina, celaka, gunakan saja tangan anda, itu jauh lebih efektif..., jangan libatkan Tuhan, akan sia-sia...