Sabtu, 24 Februari 2018

Tuhan dan Ego



Mengklaim Tuhannya esa, tauhidnya paling murni, tapi Tuhan dalam gambarannya adalah Tuhan yang keras, kejam, pemarah, rasis, seksis, pembenci, pendendam, pengazab..., itu bukan Tuhan tapi setan, tragis sekali.


Letak keesaan Tuhan itu bukan pada nama tapi pada esensi..., dan saat esensi dipahami, dia mau dinamai apapun, dipersepsikan umat agama manapun, takkan membuatnya tampak berbeda, akan satu definisi. Dia seumpama matahari, akan didefinisikan sebagai terang dan panas oleh siapapun, kecuali bagi mereka yang buta.


Menyembah Tuhan yang esa tapi esensinya tidak (berusaha) dikenali seperti halnya terjadi pada banyak orang relijius-fundamentalis-teroris sekarang itu seumpama kita menyembah kertas kosong, akan dengan mudah membuat kita terdorong untuk "menulis" apapun kertas itu, hanya atas dasar keinginan atau selera..., akan dengan mudah membuat kita tergelincir jatuh menjadi penyembah-pemberhala dongeng, mitos atau tahayyul, penyembah-pemberhala pikiran atau prasangka kita atau bahkan penyembah-pemberhala ego-hawa nafsu-setan kita sendiri, tanpa sedikitpun kita sadari.


Menyembah berhala itu baru buruk kalau yang disembah memang sosok-energi yang buruk, sementara menyembah Tuhan yang esa tapi tidak kita kenali, sudah hampir pasti buruk, itu lebih merupakan jebakan dan godaan..., sulit bagi kita untuk tidak kemudian mengambil alih definisi tentang sifat dan kehendaknya, menjadikan Tuhan hanya menjadi alat pemenuh ego-hawa nafsu kita. Kalau kita belum mengenal Tuhan, cukuplah berprasangka baik kepadanya (Jalaluddin Rumi). Tepat sekali kata-kata Sufi besar ini..., sebab memang, hanya dengan prasangka (Tuhan) baik yang akan bisa menjadi wasilah, perantara, anak tangga kita menuju pengenalan sekaligus pengesaan Tuhan, yang akan menghindarkan kita dari kesesatan, tipu daya ego-hawa nafsu-setan.


Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu (ego)..., karena memang, hanya dengan itu, esensi (keesaan) Tuhan akan bisa dikenali dan agama akan membawa pada jalan lurus..., sayangnya, banyak orang relijius sekarang justru terbalik, mengira pengumbaran hawa nafsu sebagai jihad...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar