Kamis, 15 Februari 2018

Akar Agama dan Sains



Agama itu memiliki akar-asal dan tujuan yang sangat berbeda dengan sains, kecil peluangnya untuk di antara keduanya bisa selaras, jangan ber-onani, jangan berdelusi..., kalaupun kadang selaras, itu hanya kebetulan.


Tidak perlu mengutak-atik, mencocok-cocokkan, memlintir-mlintir ayat agama sehingga jadi terkesan ilmiah, selaras dengan sains hanya demi menjaga-menguatkan iman kita. Sikapi dan hormati saja keduanya secara paralel karena memang, masing-masing memiliki peran pentingnya sendiri-sendiri. Agama yang paling benar-baik-sempurna bukanlah agama yang paling ilmiah melainkan agama yang paling mampu melemahkan ego kita, paling mampu membawa kita pada makrifat atau pencerahan.


Agama (yang asli-benar) datang dari kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita, super ego kita, jati diri kita, tujuannyapun terbatas, hanya untuk membaikkan-memaslahatkan-kecilnya bagi diri pribadi penganutnya, besarnya bagi umat manusia secara keseluruhan, tidak lebih dari itu. Sementara sains datang dari indra-nalar kita, tujuannya untuk membenarkan masyarakat, berfikir dan bertindak atas dasar realitas, bukti dan fakta. Sulit untuk keduanya untuk saling selaras, baik sekaligus benar. Yang baik sekaligus benar itu hanya milik mereka yang mengerti-menghormati sains sekaligus (esensi) agama tapi tidak fanatik terhadap keduanya, yang masih mau membuka diri terhadap datangnya hikmah-pengetahuan dari manapun asalnya.


Saya percaya apa kata sains kalau leluhur manusia adalah kera besar, argumen mereka-sains sangat kuat, terukur, rapi, tak terbantahkan akal sehat manapun. Tapi saya juga mengapresiasi cerita agama kalau leluhur manusia adalah Adam dan Hawa..., cerita itu telah menghibur, meng-indahkan, membaikkan begitu banyak orang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar