Mungkin betul di jaman dulu, memiliki banyak anak (dan istri, termasuk menyegerakan kawin) itu tugas suci, ibadah bahkan jihad. Wajar saja, populasi manusia waktu itu masih sangat sedikit, tantangan hidup besar, tingkat kematian sangat tinggi, Nabi saja yang memiliki banyak istri, tidak memiliki satupun anak lelaki yang hidup sampai dewasa. Memiliki banyak anak adalah maslahat atau keuntungan besar bagi diri, keluarga, kabilah, etnis, agama, bangsa, bahkan umat manusia secara keseluruhan.
Tapi apakah betul secara esensi "ajaran" itu masih "perlu" berlaku hingga kini?. Saya yakin siech tidak. Populasi manusia sudah sangat banyak sementara sumber daya alam yang diperlukan untuk menopangnya sudah sangat terbatas. Umat manusia sekarang ibarat sudah hidup dari alat pacu jantung atau tabung oksigen, sudah hidup dari bahan kimia, rekayasa genetika, bahkan "memperkosa"..., tidak alamiah lagi. Tidak perlu jauh-jauh, bahkan hanya jika kita tidak memakai pestisida dan pupuk kimia, separuh penduduk bumi mungkin akan kelaparan, padahal pestisida dan pupuk kimia adalah racun yang pasti akan membawa kutukannya sendiri di masa depan. Yang petani pasti tahu, bertani holtikultura sekarang hampir tidak mungkin tanpa pestisida dan pupuk kimia, hasilnya akan kurang dari separuh bahkan untuk jenis tertentu, hasilnya bisa nol. Hampir pasti, status keinginan memiliki banyak anak sekarang tidak lebih dari ego-hawa nafsu yang harus dikendalikan atau bahkan maksiat yang harus dihindari..., yang membawa kemudaratan lebih banyak, yang membahayakan umat manusia secara keseluruhan, yang akhirnya akan memicu konflik dan kerusakan alam-lingkungan parah..., sesuatu yang jelas sangat ingin dihindari agama itu sendiri.
Pun demikian dengan banyak aturan, ajaran atau syariat agama yang lainnya, jangan dikira itu akan (bisa) berlaku mutlak dan abadi. Kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita (sebagai sumber aturan) itu bekerja, "melihat", memutuskan-menyimpulkan sesuatu selalu atas dasar konteks, tempat, waktu, situasi dan kondisi..., jika konteks, tempat, waktu, situasi dan kondisi berubah, sudah pasti, aturan secara esensi sudah gugur, kedaluwarsa, sudah kehilangan alasan atau latar belakang yang membuatnya muncul..., sudah perlu diperbaharui bahkan diganti.
Kebenaran (agama-apa yang baik) itu hidup, berubah dan berkembang, jangan belenggu dia, jangan penjarakan dia, jangan bunuh dia dengan kebodohan dan ego kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar