Dulu, dalam keadaan sakit parah, antara hidup dan mati, saya bermimpi (tapi terasa nyata) didatangi orang berpakaian serba putih (seorang Wali/orang suci atau Santo dalam konsep Katolik), tanpa mengucap sepatah katapun-hanya tersenyum, dia mengusap punggung-tulang belakang saya, hawa panas tiba-tiba mengalir, tubuh saya bergetar hebat, saya kemudian terbangun, setelah itu, sakit saya berangsur sembuh.
Pertanyaannya, siapakah sebenarnya yang mendatangi saya itu dan mengapa yang mendatangi saya itu orang berpakaian serba putih atau seorang Wali/orang suci/Muslim, apakah itu pertanda iman atau agama yang saya anut benar...?. Saya percaya, yang mendatangi saya itu adalah jati diri saya, pamomong saya, kesadaran lebih tinggi saya, yang telah dipanggil kekuatan iman saya, yang telah menghubungkan saya dengan kekuatan/karomah penyembuhan dari para Wali. Bahkan dalam Islam (Salafi), konsep Wali, percaya kepada para Wali itu bid'ah dan syirik, tidak ada dasarnya, sesuatu yang sangat terlarang, jadi jelas, itu tak ada kaitannya dengan kebenaran.
Siapa yang datang menolong saat kita dalam keadaan kritis mencerminkan siapa yang sedang paling kita imani-puja. Jelas, yang mendatangi-menolong saya seorang Wali-orang suci disebabkan waktu itu saya sedang terobsesi dengan para Wali, saya mengagumi kebaikannya, kehebatannya, kebijaksanaannya, karomahnya..., saya suka menziarahi makamnya, bertawasul kepadanya, ingin seperti mereka. Iman kepada para Wali itulah yang sebenarnya telah menyelamatkan hidup saya. Kalau saya Kristen, yang mendatangi dan menyembuhkan saya mungkin adalah Yesus atau Maria, jika saya Hindhu, Wisnu atau Krishna, jika saya Kejawen atau Animis, leluhur saya.
Imanlah yang membuat Tuhan itu ada-yang menciptakan Tuhan..., kebanyakan kita menyembah Tuhan yang kita ciptakan sendiri, bukan menyembah Tuhan yang sejati, Tuhan yang sejati tetap tak bisa dijangkau sosoknya. Anda atau umat agama manapun boleh membantah tapi memang seperti itulah kenyataan yang terjadi dan teramati. Tidak perlu marah atau terganggu iman anda, menuduh berbohong atau menghakiminya sesat kalau ada orang dari penganut agama selain yang anda anut bersaksi bertemu, ditolong atau diberi petunjuk/ajaran/wahyu oleh Tuhan, Yesus, Maria, Krishna, Gautama, Wali, Nabi, Dewa, leluhur, itu bukan menandakan iman mereka benar, semata hanya menandakan iman mereka kuat.
Iman itu ibarat api, kalau kita mampu mengendalikannya, dia akan memberi manfaat begitu besar hingga bahkan akan melindungi, memberkahi, membimbing, menyelamatkan hidup kita, tapi jika kita gagal mengendalikan dan mengarahkannya, dia akan membakar diri kita, orang-orang di sekitar kita hingga bahkan umat manusia secara keseluruhan. Wajar saja, iman itu tidak mengenal baik dan buruk, benar dan salah, dia hanya akan melakukan-mewujudkan apa yang kita inginkan dan obsesikan, ego kita.
Beruntunglah kalau sosok atau Tuhan yang kita ciptakan-imani adalah sosok-Tuhan yang baik, yang welas asih, yang maha cinta, maha pengasih dan penyayang..., celakalah jika sosok-Tuhan yang kita ciptakan-imani adalah sosok-Tuhan yang keras, egois, kejam, pemarah dan penghukum seperti sosok-Tuhan yang dipercaya ISIS..., apa yang kita ciptakan-imani itulah yang akan membentuk siapa diri kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar