Beriman kepada Tuhan yang maha esa, pencipta, agung, perkasa, dan maha-maha yang lain akan memiliki dampak psikologi-spiritual yang sama persis dengan beriman kepada keris atau batu cincin..., akan sama-sama menghubungkan kita dengan kekuatan bawah sadar kita, akan sama-sama membawa kita pada "rasa" kalau yang diimani kita itu benar.
Jadi, ironis sebenarnya kalau suatu agama-di satu sisi begitu keras mengklaim kebenaran, tapi di sisi lain, justru menjadikan iman sebagai tuntutan utama, bukan "laku" memahami kebenaran itu. Jelas, agama sedang menghinakan, merendahkan, mengklenikkan, menjimatkan, memberhalakan dirinya sendiri..., agama ingin dihidupi hanya dari kekuatan ego, motivasi, sugesti, delusi dan halusinasi penganutnya, bukan dari realitas kebaikan dan kebenaran yang mampu ditunjukkan-diberikannya.
Agama harusnya itu seperti puasa, berbuat baik pada sesama, mengheningkan diri atau bentuk-bentuk "laku" pengendalian indra-ego lainnya, dilakukan siapapun, beragama apapun atau bahkan tidak beragama atau tidak bertuhan sekalipun, akan memiliki dampak yang sama, keberkahan, petunjuk, pengetahuan, kekuatan. Kalau ada yang mengkritisi atau menistapun tidak akan membuat repot penganutnya, tidak akan membuatnya harus marah-marah, ngamuk atau membantah berdalil berbuih-buih demi melindunginya, cukup dijawab dengan satu kalimat, kalau gak percaya, buktikan saja, gitu aja kok repot...!.
Iman tidak punya korelasi apapun dengan kebenaran bahkan sebaliknya, menjadi penghalang utama kita dari mengenalinya..., kalau anda merasa akan selamat atau beruntung hanya karena anda telah beriman..., anda sedang mabuk, beronani, menipu diri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar