Doa terbaik adalah cinta. Cinta membuat-bahkan setiap tarikan nafas kita, tatapan mata kita, pendengaran kita, sentuhan kita, akan berujung menjadi doa, memancarkan energi positif, menggetarkan alam semesta, tanpa perlu "dimantrai" dengan kata-kata apapun.
Sebaliknya, doa tanpa didasari cinta, akan seumpama kendaraan tanpa bahan bakar-bahkan Bugatti Veyronpun akan kehilangan kehebatannya, tersisa hanya tampang indahnya..., akan seumpama doa burung beo, hanya indah didengar, tidak lebih dari itu. Wajar saja, doa tanpa cinta adalah doa tanpa disaksikan-direstui-didukung kesadaran-pengetahuan-kekuatan lebih tinggi kita, doa yang dangkal.
Jantung agama adalah doa, dan jantung doa adalah cinta. Beragama tanpa diikuti bercinta itu ibarat berjubah pandita tapi tak pernah sekalipun bertapa brata..., kita sedang mengingkari konsekwensi atas apa yang kita katakan-pakai-tunjukkan..., semua ajaran dan tujuan agama akan menjadi sia-sia, menjadi rahmatan lil'alamin hanya akan menjadi jargon kosong, tanpa arah, tanpa petunjuk-bimbingan, tanpa energi, tanpa esensi, tanpa berkah.
"Aku memeluk agama cinta, cinta adalah agama dan imanku". Tepat sekali kata-kata Jalaluddin Rumi itu. Karena memang, cintalah yang akan sanggup menghidupi agama, tanpanya, beragama sepuritan apapun, takkan berujung pada dipahaminya esensi agama, takkan berujung pada kesadaran, pencerahan, makrifat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar