Banyak orang relijius sekarang berfikir, merasa dan mengklaim agama secara default adalah jalan lurus atau benar, mengikutinya tanpa syarat berarti jaminan surga, diridhoi Tuhan. Pandangan yang sebenarnya berbahaya, menempatkan mereka pada resiko salah tafsir atau salah agama, mudah dieksploitasi pihak lain, menjauh dari esensi kelurusan atau kebenaran itu sendiri, sesuatu yang justru mereka obsesikan.
Agama sebenarnya tidak lebih dari alat-sarana-tarikat-doa agar kita ditunjukkan pada jalan lurus atau benar itu. Kita tidak bisa secara otomatis menjadi lurus atau benar hanya dengan beragama. Yang merasa, berfikir dan mengklaim seperti itu telah tertipu ego-hawa nafsunya sendiri yang enggan mengikuti jalan berat, terjal, "berdarah-darah" menuju pemahaman akan jalan yang lurus atau benar itu. Mereka seumpama orang mengharap bisa menjadi sepintar Pandita hanya dengan memakai jubah Pandita, masih terlalu jauh, masih hanya meniru sisi paling dangkal dari apa yang biasa dilakukan seorang Pandita.
Pengetahuan akan jalan lurus itu seumpama pengetahuan akan apa yang akan laku dijual esok hari, apakah ikan louhan, gelombang cinta atau apakah batu akik. Hanya bisa dipahami melalui penguasaan akal-sains, matematika-statistik-sosiologi dan sebagainya atau melalui persepsi spiritual-hati-intuisi. Tidak ada ajaran agama yang tahu atau membicarakannya, agama hanya memberi kita petunjuk cara memahaminya yaitu melalui ritual-tarikat pengheningan diri dan pengendalian ego dalam segala bentuk tata caranya. Hanya jika kita berhasil hening dan tidak egois-emosional-terlalu menuruti selera-keinginan-hawa nafsu, persepsi spiritual-hati-intuisi akan terbuka dan terbangun, efeknya, pengetahuan akan apa yang akan laku dijual esok hari akan tampak, terbuka. Pun demikian yang terjadi dengan pengetahuan akan jalan lurus atau jalan yang benar, hanya bisa dipahami melalui akal-sains dan hati-intuisi-spiritualitas, agama yang tidak mendukung itu, justri akan menjadi penghalang utama dari jalan lurus atau benar.
Beragama adalah sarana kita mengendalikan pikiran, perasaan atau klaim kalau kita lurus atau benar, bukan malah sebaliknya, membuat kita mabuk berat, menjadi berpikir, merasa dan mengklaim kita lurus atau benar. Sebab hanya orang-orang yang ikhlas mengakui dirinya belum lurus atau benar yang akan mendapat rahmat berupa pengetahuan akan apa yang lurus atau benar itu. Hanya yang merasa haus yang akan didekatkan pada air, hanya yang merasa belum lurus yang akan didekatkan pada kelurusan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar