Alam bawah sadar kita itu ibarat ladang, akan menumbuhkan apapun yang kita tanam, tidak peduli yang ditanam itu baik atau buruk, benar atau salah. Kalau kita bisa menanam ketakutan, trauma atau fobia terhadap hantu, jin, anjing, babi, Yahudi, Cina, Syiah, kafir, patung, komunis, wanita dan lain sebagainya, kita juga bisa menanam ketakutan, trauma atau fobia terhadap mencuri, menipu, selingkuh, memfitnah, korupsi, menzalimi, membunuh dan lain sebagainya.
Sayangnya, jarang sekali sekarang ada orang atau institusi yang mau fokus melakukan penanaman, wirid atau afirmasi ketakutan-ketakutan terhadap itu semua termasuk institusi budaya, pendidikan dan agama kita. Ironis sebenarnya, institusi yang sangat vital, yang menentukan kemajuan, kebenaran, kemajuan, keteraturan masyarakat malah justru kurang fokus menanam-membangun nila-nilai yang nyata membawa masyarakat ke arah itu semua. Kalaupun ada institusi budaya, pendidikan atau agama kita menanam-membangun ketakutan terhadap hal itu, biasanya hanya sambil lalu, tidak sampai tertanam dan tergurat di alam bawah sadar, tidak sampai pada taraf menciptakan fobia atau trauma, perubahan fisik-persepsi di otak kita sebagaimana terjadi pada penanaman ketakutan terhadap obyek atau perbuatan lain itu.
Ketakutan terhadap mencuri, menipu, selingkuh, memfitnah, korupsi, menzalimi, membunuh dan lain sebagainya itu memiliki dasar realitas-kebenaran, terkait langsung dengan hukum sebab akibat, tabur tuai, karma, surga-neraka hakikat, akan membawa manfaat-kebaikan langsung. Sementara ketakutan terhadap hantu, jin, anjing, babi, Yahudi, Cina, Syiah, kafir, patung, komunis, wanita dan lain sebagainya hanyalah ketakutan palsu-delusional-doktrinal yang tidak ada dasar realitasnya, tidak akan membawa manfaat apa-apa bahkan justru merugikan, menghalangi kita dari mendapat kebaikan dan hikmah-pengetahuan yang lebih luas. Tragis kalau kita memilih mengabaikan yang asli untuk kemudian fokus membesarkan yang palsu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar