Minggu, 21 Januari 2018

Ada Fitnah Dibalik Berkah!



Dulu, waktu tinggal di kota, saya ini kepetung baik hati dan tidak sombong, suka sekali membantu teman-teman tanpa meminta imbalan. Kalau ada teman yang alat elektronik atau komputernya rusak, kesulitan mengerjakan PR atau bahkan kesulitan keuangan, kalau mampu, akan saya bantu.


Awalnya siech ikhlas saja, saya bangga dan bahagia dengan apa yang saya lakukan itu. Tapi begitu balasan atas kebaikan itu satu demi satu mengalir, pikiran serakah saya perlahan muncul. Wong berbuat baik segitu saja dapat balasan segini banyak, kenapa saya gak berbuat lebih banyak lagi...?. Keikhlasan saya jadi merosot, saya jadi gemar mengingat orang-orang yang saya baiki tapi tak membalas dengan kebaikan yang sama. Keuntungan atas kebaikan yang saya lakukan justru menjegal keinginan saya belajar ikhlas lebih jauh.


Apa yang membuat kita untung (secara ego-jasmani-lahir), itulah setan-penggoda sebenarnya bagi kita. Dialah yang jika tidak hati-hati kita sikapi, akan merampas nalar dan menutup hati-nurani-kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita, menjegal niat kita untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih berpengetahuan, lebih adil, lebih berguna lagi. Sayangnya, banyak orang sekarang justru merasa diuntungkan oleh agama..., institusi yang konon sangat anti setan.


Agama yang paling akan mencerahkan adalah agama yang paling menutup peluang pemeluknya untuk mengambil keuntungan (egoistik) atasnya. Keuntungan akan membuat agama (termasuk Tuhan) jatuh menjadi bernilai seperti harta, tahta atau wanita, menjadi simbol ego kita, menjadi melekat pada diri kita, menjadi jimat-berhala..., kitalah yang harus menjaganya, bukan agama yang menjaga kita. Saat sesuatu sudah menjadi simbol ego, lumpuhlah nalar dan hati kita, tidak akan ada lagi keadilan, obyektifitas, proporsionalitas, rasionalitas saat menyikapi-memandangnya, yang berkuasa hanya emosi saja. Satu teman saya babak belur bahkan hampir terjadi perang antar kampung hanya gara-gara menjawil cewek orang..., bedanya apa dengan sikap banyak orang relijius sekarang yang mabuk dan ngamuk saat pandangan keagamaannya dikritisi sedikit saja...?.


Agama adalah tirakat atau tapa brata, kita memeluknya untuk sengsara, untuk dirugikan, untuk berkorban, untuk memberi, bukan untuk cari untung..., sebab hanya dari situlah berkah hakiki agama akan datang. Kalau kita tidak mau menerima konsekwensi berat itu, lebih baik tidak usah memaksakan diri, menipu diri dan masyarakat hanya agar terlihat dan disebut agamis. Berkah utama agama adalah dimengertinya jalan lurus, kebenaran hakiki, bukan didapatnya harta, tahta, wanita atau keuntungan egoistik lainnya... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar