Minggu, 14 Januari 2018

Kesombongan dan Pengetahuan



Dalam dunia spiritual, semakin kita ikhlas menyadari dan mengakui ketidak-tahuan, akan semakin banyak pengetahuan yang akhirnya akan kita dapatkan.


Itu seumpama pengemis menengadahkan tangan, sembah takzim kawula pada raja atau kita membuka tutup cangkir minum kita, "laku-tarikat" sempurna mempersiapkan sekaligus menarik datangnya anugrah pengetahuan. Sementara sombong, fanatik, pamrih, prasangka, harapan atau bentuk-bentuk ego, ketidak-pasrahan dan ketidak-kosongan lainnya, hanya akan mendatangkan ilusi, delusi atau halusinasi tentang pengetahuan, terasa benar, syahdu dan dramatis memang, tapi palsu, hanya mimpi dan tipuan belaka.


Hukum-hukum yang ada di dunia spiritual sebenarnya berlaku juga di dunia "real". Sayangnya, banyak orang relijius sekarang, semakin banyak belajar (teks) agama justru menjadi semakin sombong-merasa tahu-fanatik ditandai semakin gemarnya mereka menebar "angkara", menghakimi sana-sini, ini-itu..., seolah yang di luar dirinya salah semua, harus diluruskan, kalau perlu ditindas dan dibinasakan. Tragis sebenarnya, agama dan pendidikan harusnya menciptakan orang-orang rendah hati, orang-orang yang "haus dan lapar", orang-orang yang sadar dirinya tidak banyak tahu, bukan malah sebaliknya, menciptakan orang-orang yang akhirnya gemar berilusi, berdelusi, berhalusinasi, beronani tentang pengetahuan (akan kebenaran).


Kalau kita fanatik Jokowi atau Prabowo, kita tidak akan pernah bisa mendapatkan pengetahuan yang benar, obyektif, menyeluruh dan adil tentang kedua orang itu. Pun demikian kalau kita fanatik agama, aliran, partai, etnis, ras, golongan atau yang lainnya. Kita belajar serajin dan seserius apapun tentangnya atau bahkan beristikharah, berwirid atau berkontemplasi sekhusuk apapun, tetap takkan tercerahkan, kebenaran tetap akan tertelikung, tersaring, terkaburkan dan tersimpangkan keinginan, prasangka dan harapan yang timbul dari kefanatikan kita. Fanatik adalah cermin puncak dari ketidaksediaan kita belajar, menyadari dan mengakui ketidaktahuan kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar