Rabu, 29 Juni 2016

Gendruwo, Agama dan Tuhan





Cukup kita bayangkan di depan kita ada gendruwo, jika kita mampu memfokuskan pikiran kita sepenuhnya, pada akhirnya di depan kita akan muncul sosok gendruwo betulan, tampak nyata, bisa dilihat semua orang, tapi gendruwo itu tidak akan lebih dari "virtual reality", sama seperti bayangan slide yang jatuh di sebuah layar bioskop. Gendruwo yang sebenarnya itu tidak pernah ada, itu hanya ilusi, halusinasi, hanya merupakan proyeksi pikiran-imajinasi kuat kita saja.


Pikiran (termasuk di dalamnya iman-kepercayaan, prasangka, harapan, khayalan) adalah alat terburuk memahami kebenaran, sayangnya, banyak orang hanya mengandalkan pikiran saat berusaha memahami agama dan Tuhan. Akibatnya fatal, sama seperti saat kita membayangkan ada gendruwo di depan kita. Bayangan itu perlahan berkembang menjadi delusi, kita merasa yakin di depan kita ada gendruwo padahal sejatinya tidak ada apa-apa. Selanjutnya berkembang menjadi halusinasi, kita melihat gendruwo betulan, tapi orang lain tidak bisa melihatnya, gendruwo itu hanya ada di otak kita saja. Sampai puncaknya kita bisa melihat gendruwo sebagaimana orang lain juga melihatnya, tapi sekali lagi, itu hanya gendruwo angan-angan, gendruwo ilusi, produk-proyeksi pikiran kuat kita.


Beragama kalau hanya mengandalkan pikiran, pakai "hidung" (jarene Gusdur) hanya akan mengantarkan kita pada kebenaran virtual-halusinatif-delusional, bukan kebenaran yang hakiki, sama seperti saat kita melihat sosok gendruwo di depan kita, muncul akibat kuat dan fokusnya pikiran kita, bukan akibat dari pemahaman, "penglihatan" sebenarnya kita atas adanya gendruwo itu.


Delusi-halusinasi-virtual reality adalah tipu daya ego-hawa nafsu-setan yang sebenarnya, dia sering "menggoda" orang-orang yang justru sangat relijius, sangat anti setan. Hampir pasti para teroris itu mau melakukan perbuatan sekeji itu hingga bahkan rela bunuh diri disebabkan kuatnya mereka berdelusi-berhalusinasi-bervirtual reality kalau di syurga sana sudah ada 72 bidadari yang montok-montok melambaikan tangan, tersenyum genit sambil mengerlingkan mata, mengajak mereka untuk segera mendatangi dan "menjamah"nya. Pikiran yang tak terkendali, mengantarkan mereka-para teroris itu pada kesia-siaan dan kebinasaan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar