Anak-anak orang Jawa jaman dulu jika sering rewel atau sakit-sakitan biasanya akan dipakaikan atau diselimutkan baju atau sarung bekas peninggalan kakek-nenek atau leluhurnya yang sudah meninggal dunia. Ajaibnya, hanya dengan sarana itu, sang anak biasanya akan menjadi lebih tenang atau lebih cepat sembuh dari sakitnya.
Sekilas tradisi ini tampak konyol di mata orang-orang "modern-terpelajar" atau syirik di mata orang-orang relijius-fundamentalis tapi sebenarnya tidak, justru tradisi ini sangat cerdas jika dilihat secara spiritual. Hampir pasti tradisi ini berasal dari orang-orang saleh, ma'rifat, atau tercerahkan dulu yang sadar-tahu persis kalau tradisi itu akan menyerap energi cinta-kesembuhan dari orang-orang yang sudah tiada, mendatangkan banyak maslahat-kebaikan.
Prana, chi atau energi cinta itu akan hidup abadi, menembus dimensi ruang dan waktu, melekat pada benda, lambang, bacaan, tradisi yang terkait dengan para pecinta itu. Tidak perlu malu atau merasa berdosa saat kita mempraktekkan tradisi itu toh mereka yang menganggap itu konyol sebenarnya juga sering melakukan praktik yang hakikatnya sama, hanya dengan wajah atau baju yang berbeda. Termasuk juga dengan orang-orang fundamentalis yang menganggap itu syirik, mereka beragama tertentu, meniru budaya dan cara hidup pendiri agama itu atau berziarah ke makam dan kota asal/yang disucikan pendiri agama itu juga mempunyai maksud yang sama, "ngalap berkah", menyerap energi cinta, spirit dari pendiri agama itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar