Selasa, 07 Juni 2016

Kuasai Ego dan Bangunlah!





"Datanglah padaku yen sliramu wis dadi randa, senajan anakmu lima, aku kan tetap menerima...".


Kata-kata itu pernah kuucapkan di hadapan seorang wanita dalam suasana hati yang begitu emosional dan dramatis, bibir gemetar, badan dingin dan lemas, mata basah..., ingin rasanya waktu itu aku nangis gulang-guling, sambat-sambat ngaruoro sambil mencium kakinya, berharap dia tuwuh welas, wurung tego wurung mentolo, bersedia membatalkan keputusannya menyewiyah-wiyah aku..., ingin rasanya waktu itu aku mendem, nyemplung kedung atau kalungan dadung, membebaskan diri dari beban duka yang terasa begitu mencekik.


Tapi kini setelah aku tersadar, aku malah jadi tedtawa saat mengingat kejadian itu, aku jadi tahu kalau kata-kata, perilaku dan pikiranku waktu itu ternyata sangat ngawur, lebay, lucu, wagu, ngisin-isini, norak bahkan HINA. Coba seandainya dia sekarang betul dadi randa dan punya anak lima, terus menuntut aku memenuhi kata-kataku dulu untuk menikahinya, cilaka njaba njero to aku, wong sudah hilang rasa..., coba seandainya aku kelakon nyemplung kedung atau kalungan dadung, jadi gak bisa facebookan dong sekarang...!.


Kenyataan sama akan terjadi pada orang-orang yang sangat cinta-fanatik buta, menjadi "bigot" dalam beragama, hanya menggunakan ego-hawa nafsu saat beragama. Boleh saja sekarang mereka merasa sangat benar, sangat syahdu, sangat dirahmati, sangat dramatis dan emosional, tapi pasti itu hanya merupakan ilusi-delusi-perasaan mereka saja, saat mereka tersadar nantinya, mereka akan tahu kalau pola pikir, perasaan dan perilaku beragama mereka sekarang akan terasa dan terlihat sangat lucu, wagu, norak, memalukan, sesat bahkan hina.


Begitulah suratan ego-hawa nafsu, begitu mencekik, menipu, membutakan, menghinakan bahkan membunuh, membuat kita kehilangan kewarasan, akal dan hati sehingga tidak mampu lagi menilai apa-apa yang baik bahkan untuk diri kita sendiri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar