Minggu, 26 Juni 2016

Menyadari-Mengakui Dosa, Pintu menuju Karunia





Nurani kita itu kuat. Ada batas dimana alam bawah sadar kita bisa ditanami-dibungkam-dimanipulasi dosa, ego-hawa nafsu, prasangka buruk, afirmasi atau indoktrinasi salah..., melampaui batas itu, nurani kita akan berontak, menyerang diri kita sendiri dalam bentuk masalah atau kegagalan hidup baik fisik ataupun mental.


Salah satu terapi yang biasa dilakukan praktisi pengobatan alternatif-spiritual (juga menjadi tradisi dalam agama Kristen) adalah terapi "pengakuan dosa". Biasanya,dalam situasi hypnogagic atau trance, pasien disuruh mengakui setiap dosa-kezaliman yang pernah dilakukan untuk kemudian-kalau memungkinkan, minta maaf pada pihak-pihak yang pernah dizalimi-didosainya itu, kalau tidak mungkin, menggantinya dengan kebaikan yang lain, misalnya dengan sedekah. Hanya dengan itu pasien biasanya akan "terlahir" kembali, masalah-masalah hidupnya banyak yang teratasi, yang stress waras, yang sial beruntung, yang sakit sembuh, tubuhnya dibanjiri energi positif-penyembuhan, nur atau auranya menguat pesat.


Kenyataan yang menunjukkan kalau dosa itu sejatinya tak bisa "dibungkam" dengan dalih, kamuflase atau pembenaran apapun termasuk pembenaran agama. Dia bukan hanya persoalan akhirat, dia langsung mempengaruhi-menghancurkan diri kita selagi di dunia. Sementara kesediaan introspeksi-mengakuinya adalah pintu "ajaib" bagi terhapusnya dampak buruk dari dosa-dosa itu minimal dampak duniawinya.


Menurut riset, umat Islam adalah umat yang pikirannya paling dipenuhi prasangka buruk terutama prasangka buruk terhadap umat agama lain. Prasangka buruk, apapun dasarnya, dilabeli halal atau syar'i sekalipun hakikatnya tetaplah merupakan dosa besar, tumbuh dari ego-hawa nafsu yang akan merusak diri. Barangkali karena itu berikut keengganan untuk mengakuinya, umat Islam menjadi terus ditimpa masalah, "sakit", sulit bangkit, sulit "terlahir" kembali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar