Bagaimanapun rumit teorinya, tujuan hakiki agama sebenarnya sangat sederhana, sebagai sarana kita membangkitkan kembali fitur-fitur hebat kemanusiaan kita yang makin melemah dan terpendam akibat semakin minimnya tantangan hidup, fitur-fitur itu adalah prana, chi atau energi spiritual dan intuisi, fitur yang membantu kita memudahkan "berselancar", mengalirkan diri dengan arah dan kehendak alam semesta yang sangat dinamis ini.
Dengan iman dan doa, kita membangkitkan prana, semakin kuat iman kita, semakin kuat prana kita, semakin dikabulkan doa-doa kita, semakin mudah harapan dan keinginan kita terwujud. Dengan ibadah dan pengorbanan, kita menurunkan ego, menaikkan "kesadaran-pengetahuan-kawruh", ego yang lemah-kesadaran yang tinggi akan berarti tingginya intuisi-empati.... hanya dengan intuisi-empati yang tinggi kita tetap bisa menjalani hidup di jalan yang lurus, "dipayungi malaikat", jalan yang paling maslahat-paling membawa kebaikan-keberuntungan bagi kita dan alam semesta secara keseluruhan.
Tidak perlu banyak berdebat tentang benar-tidaknya suatu agama-cara beragama atau sesat-lurusnya suatu pandangan, kita kembalikan saja pada tujuan awal-hakiki agama yang sangat sederhana itu. Jika agama-cara beragama atau pandangan kita tidak membuat prana dan intuisi-empati kita menguat-ego kita melemah, tidak membuat doa-doa kita dikabulkan, tidak membuat kesadaran-pengetahuan-kawruh kita naik, tidak membuat hidup kita lebih lurus, lebih beruntung, lebih empatik, lebih membawa "rahmatan lil 'alamin", kita sesat secara hakikat bagaimanapun benar teorinya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar