Minggu, 05 November 2017

Yang Sesat, yang Anti Hakikat


Sesat adalah saat kita gagal memahami sekaligus mengikuti apa kata kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita, jati diri kita, pamomong kita, makrifat kita, "Gusti" yang bersemayam di dalam diri kita. Apakah yang dikatakannya...?, apa-apa yang terbaik-termaslahat kecilnya bagi diri pribadi kita, keluarga kita, etnis kita, bangsa kita, besarnya bagi umat manusia-alam semesta secara keseluruhan.

Karenanya, sesat itu sangatlah fleksibel secara baju-syariat tapi sangat keras secara esensi-hakikat. Hari ini, di tempat ini, dalam kondisi ini, mungkin profesi berdagang bagi saya adalah profesi sesat, tapi besok, di tempat lain, dalam kondisi lain, mungkin justru sebaliknya, berdaganglah profesi paling lurus bagi saya. Pun demikian dalam perkara berbudaya, berideologi, berpolitik bahkan beragama, kesesatan itu sangat kontekstual-kondisional, apa yang baik-tidak sesat pada masa lalu belum tentu masih menjadi yang baik pada masa kini apalagi pada masa depan.

Ask yourself..., heningkan diri..., satu-satunya jalan agar kita konsisten untuk tidak sesat ya pahamilah yang esensi termasuk esensi apa yang sesat itu..., sebab yang esensi itu kuat dan pasti, tidak akan bisa dimanipulasi, dipoles atau dikamuflase dengan dalih dan dalil sekuat apapun, siapapun yang terjerumus di dalamnya, akan "terhukum" dengan sendirinya. Sebab itu sama saja sedang melawan kehendak alam-kehendak esensi Tuhan, sunatullah..., sama saja membendung sungai dengan tumpukan merang atau memaksa matahari agar terbit dari barat, sia-sia saja, sekuat apapun iman kita, tidak akan sanggup membantu-menolong kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar