Janji surga (sebagai tempat mengumbar syahwat-hawa nafsu) itu sama dengan janji uang bisa digandakan, janji investasi berbunga fantastis atau janji daun sirsak 10 ribu kali lebih ampuh dari kemoterapi..., hanya berguna bagi orang bodoh dan atau orang egois-hedonis-serakah..., hanya efektif untuk mendorong orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu, bukan mendorongnya memahami apa yang harus dilakukan-hakikat kebenaran..., hanya akan melemahkan kesadaran, membuat orang mudah terdoktrin, termanipulasi, terhipnotis untuk kemudian tereksploitasi.
Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud menyembahnya...?. Tepat sekali kritik pedas kaum Sufi atas fenomena ibadah-beragama yang hanya didasari harapan akan surga ini. Justru pamrih dan ketertarikan-imajinasi berlebihan terhadap (kenikmatan) syurga menjadi penghalang terbesar kekhusukan kita beribadah, bersujud, berzikir, bermeditasi-menghening. Itu akan membuat pikiran kita meliar-sulit dikendalikan, terus merampok-membelenggu-mengunci ibadah-sujud-zikir-meditasi kita tetap sebatas sebagai amalan lahiriyah semata, tanpa mampu meningkatkan kesadaran-makrifat, tanpa bisa membawa kita pada petunjuk-pengetahuan.
Melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena kita tahu-sadar konsekwensinya, tahu-sadar baik buruknya pada akhirnya akan menjadi yang lebih mudah, "murah" dan menentramkan, sama seperti saat kita berpegang pada dokter untuk menyembuhkan sakit kita atau berpegang pada saintis dalam memahami alam semesta ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar