Rabu, 08 November 2017

Mukjizat Bekerja dengan Cinta


Jikalau kau bekerja dengan rasa cinta, engkau menyatukan dirimu dengan dirimu.

Kau satukan dirimu dengan orang lain, dan sebaliknya..., serta kau dekatkan dirimu kepada Tuhan.

Dan apakah yang dinamakan bekerja dengan rasa cinta?.

Laksana menenun kain dengan benang yag ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu.

Bagai membangun rumah dengan penuh kesayangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan mendiaminya di masa depan.

Seperti menyebar benih dengan kemesraan, dan memungut panen dengan kegirangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan makan buahnya kemudian.

(Khalil Gibran)

Teman-teman saya dulu (banyak yang sarjana tapi masih menganggur) sering meminta saya membimbing-mengajarinya cara beternak itik petelur dan ayam kampung sebagaimans profesi yang saya jalankan dulu. Sayangnya, walau sudah sekuat tenaga saya membimbing-mengajari sekaligus memotivasi, tidak ada satupun di antara mereka yang berhasil, kalau tidak menyerah karena kesulitan menangani beragam masalahnya ya menyerah karena merugi terus-terusan.

Mengapa itu bisa terjadi...?. Tiadanya cinta, passion, minat yang kuat..., mungkin mereka ingin beternak karena terpaksa saja, hanya profesi sela, batu loncatan sebelum mendapat pekerjaan yang sesuai dengan cita-cita atau ijazahnya. Keadaan yang membuat mereka, bagaimanapun pintar dan cerdasnya, masih hanya seumpama robot, anjing atau burung beo..., boleh saja sangat responsif, hebat dalam mencontoh, meniru apa yang (tampak) saya ajarkan tapi tidak akan bisa mencontoh spirit, jiwa, jantung, "wahyu-pulung" dari cara beternak itik dan ayam kampung. Padahal spirit, jiwa, jantung, wahyu-pulung itulah yang membuat kita akan terus dibanjiri petunjuk bagaimana memecahkan masalah, bagaimana berinovasi, bagaimana tetap eksis di tengah situasi yang sangat sulit-menantang.

Cinta, passion, minat yang kuat akan membuat "suket godong dadi rowang", membuat kita menjadi sangat efektif dan efisien dalam belajar dan menggapai sesuatu. Tugas utama seorang guru atau orang tua jelas, bukan hanya menyampaikan, mengajari apalagi mendoktrin melainkan mengarahkannya untuk memiliki cinta, passion, minat yang kuat utamanya pada ilmu, pengetahuan, kebaikan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar