Kamis, 16 November 2017

Menghakimi, Menzalimi Diri



Apakah mungkin orang yang sedari kecil sudah didoktrin anjing itu najis, bisa bersikap ramah terhadap anjing...?. Tidak mungkin, bagaimanapun baik dan lucunya anjing, mereka akan memandang anjing sebagai setan atau monster mengerikan, dipandang dengan penuh kebencian, ketakutan, amarah, memicu fobia, paranoia dan trauma. Satu teman saya dulu, mendengar suara anjing dari jauh saja reflek langsung lari tunggang langgang bahkan naik pohon, sementara satu teman yang lainnya, langsung ingin membantainya.


Apakah mungkin orang yang sedari kecil sudah didoktrin kalau orang yang tidak seagama itu buruk, jahat, sesat atau salah bisa ikhlas bersikap ramah terhadap orang yang tidak seagama...?. Tidak mungkin, bagaimanapun ramah dan baiknya orang yang tidak seagama, akan dipandangnya dengan penuh kecurigaan, akan ada beribu alasan untuk tetap membencinya, menjauhinya, menzaliminya bahkan menganiayanya. Saya dulu, kalau pengin makan mangga tapi gak punya duwit, langsung melirik kebun mangga milik tetangga saya yang China, lalu dengan entengnya menghibur diri, "gak papalah nyolong mangga toh yang dicolong mangga milik China kafir".


Semakin banyak kita menumpuk atau memendam prasangka-penghakiman kalau orang lain itu buruk, jahat, sesat atau salah, semakin mungkin untuk akhirnya kita sendirilah yang jatuh dalam keburukan, kejahatan, kesesatan atau kesalahan. Tidak akan banyak gunanya kita berusaha menutupi-menetralisir itu dengan hanya sedikit "polesan".


Memendam prasangka-penghakiman kalau orang lain buruk, jahat, sesat atau salah itu sama dengan kita memendam kekesalan, kekecewaan atau amarah, mau tidak mau, suka tidak suka, pada akhirnya itu akan meledak menjadi tindak kekerasan atau amukan hanya dengan sedikit pemicu..., mau tidak mau, suka tidak suka, itu akan membunuh "makrifat" kita, melemahkan nalar, menutup hati, membuat kita kehilangan kemampuan menilai apa-apa yang benar dan maslahat.


Semakrifat-makrifatnya kita-manusia, hanya punya kapabilitas menilai buruk, jahat, sesat atau salahnya pandangan-perbuatan seseorang sebatas didasari pada merugikan tidaknya pandangan-perbuatan orang itu bagi diri-orang lain. Tidak perlu "kemaruk", mengambil hak dan wewenang yang bukan milik dan kapabilitas kita, mengumbar prasangka-penghakiman kalau orang lain buruk, jahat, sesat atau salah termasuk dengan dalih agama. Lebih baik belajar sadar diri, sesuatu yang kita tidak tahu pasti, diikhlaskan saja untuk sang maha benar dan tahu yang menghakimi-mengambil keputusan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar