Kamis, 09 November 2017

Kekuatan Dibalik Kegagalan


Kegagalan yang meruntuhkan keakuan itu masih lebih berharga dari kesuksesan yang meninggikannya.

Keakuan yang runtuh itu ibarat runtuhnya dinding rumah tempat harta karun tertimbun, terlihat sebagai musibah tapi hakikatnya anugrah, kehilangan yang sedikit untuk akhirnya mendapat banyak. Sebab karena itu, akan berarti terlihat dan didapatnya harta karun yang kita cari dan dambakan..., akan berarti terbukanya pintu hati kita, tempatnya kesadaran, pengetahuan, kekuatan lebih tinggi kita..., modal sangat berharga kita untuk bangkit, membangun kembali kekuatan, kehormatan dan kemuliaan kita.

Kegagalan yang terus disangkal-diingkari-tidak diakui itu ibarat kita hanyut dan tenggelam tapi menolak meminta tolong hanya karena kita merasa lebih pandai, kuat, benar, diberkahi, akan selamat tanpa harus meminta tolong. Penolakan yang akan pasti membuat kesadaran-pengetahuan-kekuatan lebih tinggi kita tidak terpanggil dan tergugah menolong kita, terus tertutup dan tertidur. Penolakan yang akan membuat kita-maksud hati ingin mendapat banyak, malah akhirnya tak mendapat apapun.

Sayangnya, banyak orang relijius sekarang, sudah jelas gagal tapi justru keakuannya menjadi semakin meninggi, mereka-bukannya berusaha mencari pemecahan di dalam dirinya sendiri, malah sibuk mencari kambing hitam di luar sana. Bukannya belajar menyadari-mengenali kelemahan dan kekuatan diri tapi malah terus memupuk prasangka akan keburukan dan kejahatan orang lain.

Jauh panggang dari api, mereka mengabaikan permata dalam dirinya hanya karena silau pada kilauan pecahan kaca di kejauhan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar