Sabtu, 11 Maret 2017

Yang Meluruhkan Ego, Membukakan Hati




Orang-orang tua kita dulu biasanya akan menasihati kita untuk tidak berfikir, berkata dan berbuat yang buruk-buruk saat kita sedang berada di tengah hutan, gunung, pantai atau di tempat suci/keramat/ibadah seperti saat kita mengunjungi masjid, makam, kota Mekah atau Madinah. Setiap pikiran, perkataan, perbuatan yang buruk konon katanya bisa langsung berefek-terwujud menjadi keburukan seketika itu juga.


Dulu siech, jiwa muda, rasional, modern, terpelajar, pembrontak ditambah jiwa relijius saya sama sekali tidak bisa memahami maksud dibalik nasihat itu karenanya saya menganggap-menyikapi nasihat orang tua ini sebagai angin lalu, tak kugubris, hanya nasehat orang cerewet, bodoh, kuno, kolot, ahlul bid'ah dan musyrikin yang tak bernilai, pikirku. Tapi sekarang, setelah melalui pergumulan, pengamatan dan pencarian melelahkan, saya mengerti hikmah besar dibalik nasihat itu.


Setiap tempat yang meluruhkan ego-hawa nafsu, indra kita..., tempat yang indah, mengagumkan, menakutkan, mensyahdukan, menenangkan, dihormati atau disucikan pasti akan menghubungkan kita dengan alam bawah sadar kita, "ladang" tempat membentuk siapa diri kita, tempat tumbuhnya nasib baik atau buruk kita. Apapun pikiran, perkataan dan perbuatan  yang kita paparkan di tempat-tempat itu akan bernilai sebagai wirid-doa makbul, diamini, ditumbuhkan-berusaha diwujudkan alam bawah sadar kita, alam semesta, pemilik sejati pengetahuan, kekuatan dan kekuasaan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar