Senin, 27 Maret 2017

Agama : Antara Penyepian dan Peramaian




Wujud dari ritual-ibadah agama apapun pasti sama, kalau tidak penyepian atau pengheningan diri tentu peramaian, perayaan atau pensyukuran atas suatu anugrah.


Penyepian-pengheningan diri baik berujud "tapa nyepi", menyepikan-mengheningkan tubuh-indra-pikiran dalam segala bentuk dan ekspresinya : meditasi, zikir, i'tikaf, puasa, kezuhudan dan sebagainya ataupun "tapa ngrame", menyepikan ego-melatih empati-berbuat baik pada sesama dalam segala bentuk dan ekspresinya : mengasihi, memberi, menolong, menghormati dan sebagainya pada akhirnya akan membuat kita dipahamkan pada apa-apa yang secara hakikat benar dan baik, modal utama agar kita selalu terayomi, terberkahi dan terbimbing di jalan yang lurus. Sementara peramaian, perayaan atau pensyukuran dalam segala bentuk dan ekspresinya adalah "wirid-afirmasi" bagi nasib baik yang pada akhirnya akan membuat alam bawah sadar kita-hati kita, tempatnya petunjuk dan kekuatan "mencandu", berusaha mengulang atau bahkan melipatgandakan kebaikan-keberuntungan-kebahagian yang telah datang dalam hidup kita.


Benar-tidaknya agama atau pemahaman agama kita jelas bisa dilihat dari sejauh mana agama atau pemahaman agama kita itu memicu penyepian-pengheningan tubuh-indra-pikiran, pengendalian ego-hawa nafsu dan peramaian-perayaan-pensyukuran atas anugrah kebaikan-kebahagaiaan-keberuntungan kita. Agama atau pemahaman agama yang tidak memicu itu semua sudah pasti salah, semakin banyak memicu itu, semakin tinggi agama itu akan mampu membimbing pengikutnya ke jalan yang secara hakikat lurus.


Sekarang menyedihkan, atas nama pemurnian agama, banyak orang terbalik logika-pemahaman beragamanya..., justru menjadi semakin "ramai" tubuh-indra-pikiran-ego-hawa-nafsunya, sebaliknya, semakin "sepi" rasa syukurnya. Mereka mensesatkan tradisi penyepian-pengheningan diri seperti tasawuf atau meditasi, meremehkan tapa ngrame-berbuat baik pada sesama dan sulit sekali bersyukur atas suatu hal hanya karena dianggapnya masih banyak kekurangan. Ada orang berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, dimusuhi..., ada orang mengumbar syahwat, fitnah, amarah, kebencian, keserakahan, dikiranya sedang beribadah..., ada orang syukuran ulang tahun, kehamilan, kelahiran dan sebagainya, katanya bid'ah..., negara sedamai ini dengan pemimpin begitu baik dan demokratis saja masih dicaci maki, disesatkan, dikafirkan..., bagaimana itu kemudian tidak memicu azab...?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar