Semakin banyak keluhan, tekanan atau kekecewaan tertimbun di alam bawah sadar kita, semakin mungkin pada akhirnya itu akan meledak menjadi amukan atau kekerasan. Jangan salah, orang sabar justru bisa menjadi sangat berbahaya jika kesabarannya ternyata ditumbuhkan dari keterpaksaan-kepura-puraan, tidak ditumbuhkan dari keikhlasan. Sabar yang ikhlas itu sulit, perlu wirid-tarikat yang berat, tidak semua orang mampu, jangan memaksakan diri, lebih baik (dalam batas tertentu) asertif-ekspressif saja, mengeluarkan apa yang menjadi unek-unek, keluhan atau keberatan kita.
Pun demikian juga yang sebenarnya terjadi saat kita beragama. Semakin banyak kita menimbun prasangka-penghakiman salah atau sesat pada orang, mazhab atau agama lain, semakin mungkin pada akhirnya itu akan meledak menjadi tindak kekerasan, terorisme atau makar. Kenyataan itulah yang membuat agama, sebaik dan sedamai apapun ajarannya tetap menjadi sangat rawan moral dan kemanusiaan, mudah jatuh menjadi mesin pengacau dan pembunuh. Ada batas dimana alam bawah sadar kita bisa ditipu-dimanipulasi sebuah sikap-pandangan yang tidak sejalan dengan sikap-pandangan sadar dan nurani kita, melampaui batas itu, alam bawah sadar kita akan berontak, biasanya dalam wujud perilaku eksplosif hingga bahkan gangguan fisik-psikologis-jiwa. Salah satu terapi psikologis-spiritual ampuh untuk mengatasi banyak masalah hidup baik fisik maupun mental adalah dengan mengeluarkan segala unek-unek, keluhan, kekecewaan yang tertimbun di alam bawah sadar seseorang.
Tidak ada artinya kebaikan, kesabaran atau keramahan seseorang kalau nyatanya alam bawah sadarnya masih penuh dengan timbunan prasangka-penghakiman kalau orang yang tidak seide, semazhab atau seagama dengannya itu salah atau sesat. Orang itu tetap akan seperti saya dulu pura-pura sabar saat terus-menerus mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari orang lain, toh akhirnya meledak menjadi amukan baik secara verbal maupun fisik..., toh akhirnya orang itu akan menjadi teroris pada waktunya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar