Jumat, 07 April 2017

Ego dan Kebenaran




90 persen wanita itu tahu seorang lelaki itu baik atau jahat, setia atau buaya cukup dengan beberapa detik bertatap muka, tapi 90 persen wanita akan mengabaikan apa kata intuisi-akal-hatinya saat lelaki di depannya itu ternyata gagah, menarik secara seksual (riset)..., wanita akan tetap jatuh cinta sekalipun intuisi-akal-hatinya mengatakan dia buaya atau penjahat.


Pun demikian dalam menyikapi agama, 90 persen Muslim pasti tahu dan sadar kalau pandangan atau dalil seorang pemimpin mutlak harus seagama, tanpa syarat dan kondisi-konteks itu tidak adil dan tidak rasional. Tapi saya yakin, sebagian besar Muslim akan mengabaikan kata intuisi-akal-hatinya itu saat dihadapkan pada kenyataan kata intuisi-akal-hatinya itu dipandang-diprasangkakan tidak menguntungkan ego-hawa nafsunya..., dipandang membuat eksistensinya akan terancam, kelompok atau golongannya sulit memimpin-mendominasi atau bahkan-ekstrimnya, dipandang membuatnya tidak bisa masuk syurga. Hanya Muslim "kuat" saja yang akan mampu mengikuti apa kata intuisi-akal-hatinya, berani mempertanyakan maksud hakiki dari pandangan-dalil itu sebagaimana hanya wanita kuat saja yang tidak akan "terteror" kegagahan seorang lelaki.


Ego, hawa nafsu, syahwat adalah penghalang terbesar kita dari memahami hakikat kebenaran-kebaikan. Karenanya, bagaimana agama atau tafsir-mazhab agama mampu mengantarkan penganutnya ke jalan yang lurus itu bergantung pada bagaimana fokus agama atau tafsir-mazhab agama itu mengajarkan pengendalian ego pada penganutnya. Sekarang tragis, banyak orang makin agamis justru egonya semakin meninggi..., secara esensi ini jelas adalah kesesatan dibungkus dengan dalil atau dogma sejelas atau sesuci apapun...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar