Minggu, 23 April 2017

Angan-Angan, Indra dan Kebenaran



14: 45. Terbangun dari mimpi jadi manten nanggap calung..., kenyataan yang menunjukkan betapa mudahnya kita ditipu angan-angan dan indra kita sendiri.

Mimpi adalah bentuk godaan-tipu daya dari salah satu "pamomong" kuat kita yaitu hawa nafsu kita. Hanya karena saya tidur sambil memutar musik calung, hanya karena saya terus memelihara angan-angan jadi manten..., itu kemudian mewujud menjadi mimpi-godaan-tipu daya yang terasa begitu dramatis, syahdu, menggembirakan, membahagiakan. Untungnya, saat bermimpi itu, saya masih sedikit sadar kalau saya sedang bermimpi sehingga kemudian tidak larut sepenuhnya dalam atmosfirnya.

Lantas bagaimana dengan mereka yang angan-angan dan indranya terus diisi keyakinan, prasangka dan retorika kalau dirinyalah yang paling benar, dirinyalah yang ada di jalan Tuhan, dirinyalah yang akan masuk syurga, dirinyalah yang akan tidur dengan 72 bidadari fushtun...?. Celakalah mereka, mereka sedang membangun kesesatan diri, menciptakan arak-narkotik di otaknya yang pada akhirnya akan mewujud menjadi mimpi, delusi dan halusinasi tentang kebenaran, tentang Tuhan, tentang syurga, tentang bidadari, bukannya membawa-menunjukkan mereka pada kebenaran, pada Tuhan, pada syurga dan pada bidadari yang sesunguhnya.

Angan-angan dan indra kita adalah penghalang utama kita dari memahami hakikat kebenaran, harusnya itulah yang paling dulu dikendalikan terutama oleh orang-orang soleh-relijius. Adalah sesuatu yang ironis bahkan tragis melihat kenyataan sekarang, justru orang-orang soleh-relijiuslah yang banyak menjadikan itu sebagai "senjata", alat utama menanamkan agama-sesuatu yang harusnya membawa penganutnya pada hakikat kebenaran. Akibatnya fatal, seperti yang baru saya alami itu tadi, kebenaran yang mereka dan umat dapat tidak akan pernah lebih dari kebenaran mimpi, delusi atau halusinasi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar