Senin, 30 April 2018

Tidak Menghakimi, Tidak Menzalimi



Ambon dulunya adalah daerah yang aman, damai, toleran, saling menghargai..., tapi coba lihat, hanya karena persoalan yang sangat sepele, dalam sekejap mata, Ambon berubah menjadi "neraka". Pun demikian yang terjadi dengan banyak daerah lain di Indonesia dan dunia. 


Mengapa itu bisa terjadi...?. Agama yang mereka peluk, mereka rusuh itu faktor dominannya bukanlah karena dipalak, dicuri, dianiaya atau yang lainnya melainkan karena keyakinan kalau orang Kristen atau Islam itu sesat, musuh Allah. Keyakinan yang seperti bom waktu, akhirnya meledak menjadi amukan, tidak tertanggungkan lagi untuk tubuh memendamnya. Palestina atau konflik lainnya menjadi masalah yang sangat sulit terselesaikan jelas penyebab dominannya juga sama, karena agama terlibat keras dalam konflik itu.


Untuk setiap kita memandang atau menghakimi rendah, buruk, salah atau dosa terhadap orang atau umat lain, kita menimbun satu energi amarah, semakin banyak yang ditimbun, semakin mungkin itu akhirnya akan meledak menjadi amukan, kekerasan atau kezaliman. Alam bawah sadar kita itu seperti matematika yang sangat jujur dalam menghitung, seperti ladang yang akan menumbuhkan apapun yang ditabur di atasnya. Hanya ada satu konsekwensi saat ditanamkan atasnya penghakiman rendah, buruk, salah atau dosa, yaitu dorongan untuk merubahnya, dan itu pasti, kecilnya dengan dakwah, berikutnya dengan tekanan-intimidasi hingga paksaan..., kalau tidak mau berubah juga, besarnya, bunuh.


Karenanya, bagaimanapun tampak baiknya, orang yang paling akan menjadi bahaya laten terhadap sesamanya tetaplah orang relijius (dogmatis-tekstual-organized), wajar saja, merekalah yang pasti akan menjadi yang paling sering-banyak menghakimi..., kebaikannya takkan menghentikan konsekwensi dari wirid-afirmasi buruk yang ditanamkan di alam bawah sadarnya..., itu akan tetap tumbuh dan berpotensi meledak sewaktu-waktu hanya dengan sedikit pemicu.


Membatasi apa yang dianggap rendah, buruk, salah, atau dosa itu sangat penting untuk menjaga diri kita dari peluang berlaku zalim. Kemaruk pada penghakiman memang nikmat, kita akan merasa pahlawan, baik, benar, penting, tahu..., tapi itu juga membawa kutukan kerasnya sendiri, yang bisa menghapus kebaikan seumur hidup kita hanya karena sekejap amarah yang tiba-tiba meledak, yang gagal dikendalikan.


Rendah, buruk, salah, dosa itu perkara hakikat yang "hidup", hanya orang orang-orang makrifat saja yang akan mampu memahaminya, kalau kita masih orang biasa, jangan pertaruhkan kemanusiaan kita untuk sesuatu yang kita tidak tahu persis duduk perkaranya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar